Sebuah Refleksi di Malam Jumat

Siklus yang sedang kujalani hari ini, sedikit berbeda. Siklus yang kumaksud adalah status akhir pekan di antara hari kerja. Semenjak aku di madrasah aliyah (almamater), akhir pekan bagiku adalah hari Jumat. Jika sebelumnya, aku di fase kuliah yang menurutku berlanjut dari sarjana ke magister, ditambah aku tinggal di kota besar, sangat normal jika akhir pekanku jatuh di hari Ahad (Minggu). Hari libur yang saat ini, meski berbeda hari tetap saja nilainya 'Hari Libur' yang tidak bisa lepas dari 'rasa senang bagi yang merasakan'.

Rasa senang akan akhir pekan, menurutku tepat di hari sebelum hari H (tonton video lucu, tapi tunggu linknya wqwq). Dulu, Aku lebih senang hari Sabtu, sebab besok Ahad (Minggu). Berbeda jika hari Ahad (Minggu) yang kurang menarik rasa senangku, sebab besoknya adalah Senin . Saat ini, aku sangat menanti dan merasakan bahagia setiap hari Kamis, sebab besoknya Jumat. Momen dan waktu berharga ini, sayang jika terlewat begitu saja, tanpa memaknai dan mensyukuri hal-hal yang terliput di dalam harinya. 

Kamis (21/8), aku berniat sejak dari berangkat ke sekolah "Aku ikut ngaji mingguan setelah itu cuss pulang (ga pulang sore seperti hari sebelumnya)", niatku mantap. Tentang ngaji mingguan: ngaji yang diadakan setiap Kamis di madrasah aliyah yang diikuti oleh seluruh siswa dari kelas X-XII dengan kitab Tafsir Jalalayn atau Qolaidul Lu'luiyah (terjadwal bergantian). Pengajian yang seharusnya di dua jam pelajaran (8 dan 9), khusus hari ini hanya satu jam pelajaran yaitu di jam ke-8. Jam ke-9, ternyata ada guest star yang tidak diundang yaitu Bapak-Ibu KUA kecamatan yang akan memberikan penyuluhan "Pencegahan Pernikahan Dini: Mengetahui Batas Minimal Usia Menikah Laki-laki dan Perempuan".

Taken by Miss Irm with my-Samsung

Saat aku mendengar penyuluhan tersebut, aku merasa senang, karena di usia aliyah adalah waktu yang tepat untuk memberikan pemahaman bahwa pernikahan itu harus dipersiapkan, sesuai peraturan (batasan umur minimal), dan "harus mengejar ijazah bukan buku nikah", seperti pesan salah satu penyuluh. Aku sedikit menarik ingatan ke belakang yaitu ketika aku seusia mereka, "Apakah aku mendapatkan pemahaman ini?". Aku lupa atau memang tidak pernah. Aku pribadi bersyukur karena tidak terjebak dengan mimpi menikah muda dan juga aku beropini "aku beruntung mendapatkan pengetahuan mempersiapkan menikah yang sejatinya mempersiapkan diri untuk meraih cita-cita (perihal pendidikan terlebih dulu), tentu harapanku ini juga bisa mereka rasakan."






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Untuk Memutuskan Hidup Bahagia

Mengenali Diri #2

Mengenali Diri #1