Postingan

Mengenali Diri #5

Mengenali diri tidak lain adalah menerima diri, dengan segala naik dan turunnya. Naik seperti halnya eskalasi (percepatan) atau pencapaian: bisa mendapat pekerjaan. Turun dalam arti mengalami sebuah kemunduran: saat diam di rumah dan tidak melakukan apa-apa. Namun saat saya teringat lalu tertegun dengan kalimat, "Tidak selamanya yang prestasi atau sukses adalah sukses dan yang gagal adalah kegagalan." Semoga kalimat ini dipahami oleh pembaca yang menurut saya pribadi paham, tapi memang redunden (pengulangan).  Saya pernah mendapat pengalaman bekerja sebelum pekerjaan hari ini, yaitu mengajar privat akidah akhlak dan Al-Qur'an sebelum menjadi pelayan perpustakaan. Saat di pekerjaan itu, saya bertemu teman yang menyeletuk "Hidup itu gambling ga sih, kalau ga berhasil ya gagal." Saya hanya diam saat mendengar dari mulutnya pertama kali, tapi saya cenderung oh iya-ya ( red -membenarkan). Saya mendapat pelajaran yang luar biasa dari pengalaman bekerja pertama itu. ...

Evaluasi '5 Love Languages': Sebuah Ringkasan

Gambar
Siapa yang tidak familiar dengan 5 Love Languages ? Kali ini saya sepakat dengan penelitian Emily A Impett, dkk yang menyatakan masyarakat awam sangat ketergantungan dengan indikator tersebut dalam membangun dan mempertahankan hubungan. Ini menjadi latar belakang penelitian ini dilakukan. Lalu saya coba merumuskan: Apakah masih relevan 5 love languages menurut Chapman's Book? Benarkah 5 love languages itu menjadi kebutuhan setiap pasangan agar hubungannya langgeng? Jurnal dari Ilmu Hubungan yang di-share Teh Eva Teh Eva mengirim pesan di grup kami (Flyin to The Moon) yang isinya adalah jurnal (document). Saya hanya selewat membaca dan memberi reaksi berupa emoticon. Di sore hari saya mencoba membuka grup lagi, kebetulan saja saya sedang memeluk diri karena sedari pagi kepala terasa pening. "Di waktu yang sedang menikmati rasa sakit, saya mempersilakan untuk membaca dengan tenang sampai bisa menulis tuntas. Kali ini saya memutuskan membaca jurnal yang menurut saya adalah ba...

Tipe Bus SE (Super Excecutive): Menjemput Izin Orang-orang Tersayang

Aku sudah merasakan berbagai tipe bus. Khusus merk 'S' ada tiga tipe yang tersedia. Yaitu, eksekutif, SE (Super Eksekutif), dan Sleeper. Kalau tipe eksekutif sudah aku coba sejak awal. Sejak aku ke Bandung, aku sudah pernah mencicipi bangku eksekutif ini. Menurutku sudah nyaman banget.  Aku terjeda tidak merasakan kesenangan menaiki bus malam selama 1,5 tahun. Pasca dari Bandung dan sebelum hijrah ke Jakarta.  Alhamdulillah  kesempatan yang menyenangkan ini bisa terulang kembali. Aku bisa melanjutkan studi magister di Jakarta. Perjalanan dengan bus malam bisa dilanjutkan lagi dan diceritakan seperti hari ini. Meskipun pas dihitung-hitung, aku lebih banyak menggunakan transportasi kereta saat pulang ke Jepara dibanding bus.  Kepulanganku yang hanya 5 hari ini lengkap dengan rasa sayang. Aku pulang di hari Rabu. Hari Kamis aku kondangan ke Mba dan Kang Pondok. Pernikahan mereka punya cerita (perjodohan yang melibatkan aku, walau dikit saja). Jumat, aku  stay ...

Sebuah Refleksi di Malam Jumat

Gambar
Siklus yang sedang kujalani hari ini, sedikit berbeda. Siklus yang kumaksud adalah status akhir pekan di antara hari kerja. Semenjak aku di madrasah aliyah (almamater), akhir pekan bagiku adalah hari Jumat. Jika sebelumnya, aku di fase kuliah yang menurutku berlanjut dari sarjana ke magister, ditambah aku tinggal di kota besar, sangat normal jika akhir pekanku jatuh di hari Ahad (Minggu). Hari libur yang saat ini, meski berbeda hari tetap saja nilainya 'Hari Libur' yang tidak bisa lepas dari 'rasa senang bagi yang merasakan'. Rasa senang akan akhir pekan, menurutku tepat di hari sebelum hari H (tonton video lucu, tapi tunggu linknya wqwq) . Dulu, Aku lebih senang hari Sabtu, sebab besok Ahad (Minggu). Berbeda jika hari Ahad (Minggu) yang kurang menarik rasa senangku, sebab besoknya adalah Senin . Saat ini, aku sangat menanti dan merasakan bahagia setiap hari Kamis, sebab besoknya Jumat. Momen dan waktu berharga ini, sayang jika terlewat begitu saja, tanpa memaknai dan...

Rekomendasi Masjid Di Jalur Pantura (Tuban-Bojonegoro)

Gambar
Untuk para pejalan atau pengemudi yang menuju Surabaya, Kediri, atau Nganjuk yang melewati Bojonegoro, bisa singgah di salah satu masjid yang nyaman ini. Yaitu, Masjid Baitun Nur Kedung-Jambangan, Bangilan-Tuban. Masjid yang berlokasi strategis: di samping balai desa dan sebelah kiri jalan raya dari arah Jepara atau Rembang memudahkan pejalan atau pengemudi yang ingin mlipir (berhenti sebentar). Tempat parkir luas, kamar mandi banyak juga bersih, ditambah pemandangan sawah-pegunungan menjadi komposisi tempat (destinasi) yang sempurna. Saya yang menuju rumah Mbah (nenek) di Nganjuk sudah terhitung 2 kali singgah selama mengemudi dengan mobil pribadi. Kami sekeluarga singgah untuk rehat, salat, dan juga makan perbekalan dari rumah (Jepara) sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Dok. Pribadi: Sawah dan pemandangan di samping  masjid Lagi, di halaman masjid itu ada penjual pentol (bakso) dan es tebu. Pentol satu bungkus seharga 5000 rupiah dan es tebu 3000 rupiah menjadi pelengkap k...

Mengenali Diri #4

Seni menahan diri  Melaksanakan kegiatan sehari-hari If you in doubt: take a bath Melayat, membatalkan pertemuan, dan nariyahan setiap malam Sabtu Menutup malam dengan sikat gigi Mengucap tidak Mengeliminasi pikiran menumpuk Entah berapa momen yang terlewat, menurutku berharga Menguar air mata menjadi uap ketenangan Mengalun irama doa Memelankan langkah  Merasakan syukur  (Jepara, 8 Muharram 1447 H)