Pink Tua Dan Coklat Keorenan
"Langsung ke toko H.
Fuad ya, Saya tunggu disana",
pintanya
"Oke, Aku udah jalan. Tunggu
bentar", jawabku lewat telpon WA
Sore dengan rintik hujan.
Pertama kali Aku
diboncengnya. "Allah selalu mengabulkan apa yang pernah terbersit dalam
pikiranku, ya bisa dibilang sebuah harapan", hatiku bergumam. Memang
bukan kali pertama Aku
pergi dengannya. Hanya saja, kali ini ada
yang berbeda.
Biasanya Aku dan Dia kalau bepergian naik
DAMRI, untuk kali ini
Kita naik motor pribadi (meskipun bukan kepunyaannya).
"Dasar aku, sombong sekali. Cinta bertepuk sebelah tangan saja bahagia
luar biasa", gumamku lagi. Selang beberapa saat, "Inilah
cinta, selalu saja bahagia". Terpantik lagi, "Sakit hati, pernah! Oh
ternyata itu cemburu, sama sekali bukan cinta. Melainkan cemburu",
gumam pemungkas.
Mungkin ini yang namanya
cinta. Seperti kata dalam buku semi komik perpustakaan daerah Jepara. "Jika
cinta, setiap apa yang dilihatnya adalah wajahnya. Setiap bersamanya, selalu mengundang
bahagia dan tawa". Dan satu hal lagi, selalu memperhatikan apa yang
sedang Aku dan Dia kenakan, Ya!! BAJU. Lagi-lagi, BAJU Kita
sama, Pink dan Coklat Keorenan.
Tidak tau yang keberapa. Anggapanku, istimewa. Tapi wajar sekali, jika orang
lain menganggapnya biasa saja. Sah-sah saja! Tapi pernah suatu waktu, dia juga
selalu sama mengenakan pakaian (warna) dengan perempuan Sholihah pilihannya
(pastinya bukan aku). Dasar Aku! Memperhatikan hal sereceh itu. 'Demikianlah
Cemburu'. "Aku manusia, perempuan
biasa. Pasti ada rasa cemburu ketika melihat orang yang disuka, diisukan
dengan orang lain bahkan jelas-jelas
suka dengan perempuan lain. Meskipun kenyataannya,
aku bukan siapa-siapanya. Sah-sah saja menurutku, asalkan cukup dalam tulisan, seperti
saat ini. Cemburu boleh, asal tidak sampai merugikan atau menyakiti orang lain.
Dasar Cinta Keras Kepala", belaku.
Sudah ya Allah. Atas
ke-PD-an ku. Tetap saja, Aku
menganggap ini anugerah-Mu.
Dan harapku, cukup seperti ini saja. Cemburu, cukup dirasakan, tapi jangan bertindak bodoh untuk niatan menyakiti
yang lain.
"Oh
iya, ini sudah menuju Angkringan Mas Mul. Sekarang dari jalan Permata Intan",
ucapku di telpon pada teman kerja ku.
Sore itu tidak sengaja,
bisa keluar bersamanya. Dia hendak ke kakanya, dan Aku hendak bertemu teman
kerja. Kebetulan searah. Jadi terjadilah, Qodarullah.
"Sudah janjian sama
temannya?" Tanyanya ketika motor melaju dari
rumah kakanya menuju lokasi temanku
"Sudah, dia
sudah menunggu", jawabku
"Oke",
dengan senyum yang sering kulihat sebelumnya. Senyum menggoda, 'alaahhh
dasar aku'
Barang sudah
tersampaikan. Di lokasi (kosan temanku), kebetulan tepat di waktu Maghrib, dan dia puasa.
"Buka puasa ya? Niat dulu aja ya",
Aku mengusulkan dengan
nada lirih karena merasa bersalah sudah diantarkan dan sampai menyita waktunya
berbuka.
"Saya sudah
batal, sudah melihat Kamu", ucapnya
menyeringai.
"Oh ingat, wahai
diriku. Dia hanya orang baik, yang tidak mau menyakiti hati orang lain.
Termasuk aku. Tapi beda lagi, tak usah risau wahai diriku. Atau terlarut dalam rasa.
Dia sudah punya pilihan", pikiran yang menyergap
mengembalikan pada ingatan di hari 'Kejujuran 20 Juli"
Sudah, dan Aku tersadar
dalam rasa yang dalam, nan indah menurutku. Lamunan saja! Oh, dasar aku keras
kepala, perkara cinta.
Gambar dengan tulisan 'Dasar Wong jowo' dari Banni Family. Everything about Javanese Be Like |
End:)
Baju samaan lagi (15 Februari 2020), Gadis Jawa Punya Cerita Cinta
Komentar
Posting Komentar