Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Sahabat Sejati

Untuk malam 21 Oktober 2020, harapku tercapai. Aku nonton film dan bisa menangis. Dancing In The Rain, sepertinya malam ini kedua kalinya nonton film itu. Dalam film, ada Banyu, Radin, dan Kinara. Pertemanan, persahabatan, dan pengorbanan, dilingkupi ketulusan. Banyu anak dengan keterblakangan mental--autis. Kinara mengidap radang selaput otak. Ketika di akhir cerita, Radin diketahui memiliki riwayat jantung, dari ayahnya. Aku mengagumi pertemanan seperti itu. Aku entah sanggup atau tidak. Sepertinya aku tidak sekuat itu.  Banyu lebih dulu bahagia disana, surga Aamiin. Banyu merelakan jantungnya untuk Radin. Teman sedari kecil, semenjak usia SD. Ada yang datang, Kinara. Penyakit yang dideritanya masih membuatnya bertahan. Dari ketiga itu, Banyu yang paling awal bertemu dengan kebahagiaan abadi.

Malam ({})

Kenapa malam selalu saya nantikan? Kenapa malam tidak pernah ada penyesalan? Kenapa malam selalu nyaman? Mungkin saja masih pada tahap banding-membandingkan dengan siang. tapi bukankah hidup itu tentang pilihan, memilih, dan dipilihkan? Antara kesemua itu, saya ditempatkan pada 'malam'. Saya pernah membaca, malam adalah waktu untuk mengevaluasi diri setelah seharian beraktivitas. Siang penuh dengan tuntutan, dan seolah tegang. Malam, cocok untuk istirahat. Waktu malam lebih dingin dan senyap, membuat pikiran lebih tenang. Malam juga waktu dimana komunikasi intim, baik dengan orang lain atau dengan diri sendiri. Bisa menemukan apa itu penyadaran dan penerimaan. Atau yang sudah diakui pada keumuman orang, waktu yang baik untuk sepasang kekasih atau sepasang suami-isteri. Ada waktu, dimana saya sebut 'nanti dulu'. Saat ini saya benar bertarung dengan waktu siang. Bagaimana diri ini bisa mengisi hari. Banyak hal yang harus tertunaikan, adakalanya ingin dipermainkan. Tapi sa

Bau Acem, Tertutupi dengan Kesturi

Saya baru tahap belajar untuk menjadi seorang abdi, di Sunda istilahnya 'ajengan'. Kunci yang harus dimiliki adalah 'Manut' atau Patuh. Tapi saya sendiri, masih mereka-reka arti kata dan bentuk nyata dari kata itu. Kalau saya saat ini, 'melakukan apa yang diperintahkan'. Ada waktu dimana saya juga mengawali. "Apa yang bisa saya bantu", ini termasuk ungkapan manut atau tidak. Saya tidak tahu betul. Pernah sekali ada ungkapan, 'mahasiswa itu lebih inisiatif'. Kembali ke pribadi, bagaimana merespon orang lain, dan memposisikan diri diantara orang lain. Saya duduk di bangku mobil nomor dua, berdampingan dengan Ning pondok. Namun saya sebut Ibu Nyai, karena beliau yang menyimak ngaji saya, dan yang saya 'eloni'  atau 'nderekaken'. Bangku depan, ada Gus dan Ibu Nyai (sepuh). Dalam kesehariannya, saya nderekaken Ibu Nyai (sepuh). Siapapun beliau, saya hanya bisa ikut. Dalam benak, 'tanggung jawab'. Dalam pikir, 'rasa takut

Kontributor Mojok yang Enggan Tertolak!

Suatu hari saya membuka platform Mojok. Saya termasuk pembaca yang memfavoritkan platform renyah ini. Banyak konten yang ditawarkan, menggelitik untuk dibaca. Kesan saya, ko bisa ya dapet ide kayak gitu . Pernah baca tulisan yang judulnya "Nggak Berani Ngaku Jatuh Cinta sama Teman Sendiri karena Takut Merusak Persahabatan" klik ya! . Ya mungkin itu yang saya ingat, karena relate dengan pengalaman saya. Eh.. Cukup lah, nanti jadi curhat. Mari kita lanjut. Berawal dari teman dan senior, sehingga saya tahu platform ini, berujung cocok, dan timbul ambisi untuk ikut nulis di dalamnya. Ya, apa salahnya mencoba. Sampe-sampe, sempat searching dan menemukan dari salah satu sumber. Ternyata pesangon kontributor di Mojok, menduduki peringkat pertama dari website-website lain. Lha ko malah bahas royalte, ah sebagaimanapun usaha penulis, tetap saja uang lelahnya terhitung kecil, seperti kata penulis Bernard Batubara,, dalam sebuah seminar di kampus, sempat mengucapkan "Menulis itu ak

Kitab Irsyadul 'Ibad: Merawat Anak Yatim (2)

Masih dilanjut pembahasan tentang keistimewaan merawat anak yatim. Dalam artikel  klik di sini sebelumnya disebut--orang yang merawat anak yatim layaknya beribadah setiap hari, ketika malam tahajud, ketika siang berpuasa, dan Allah muliakan hamba tersebut di surga kelak (HR. Ibn Majah). Riwayat Ibn Majah yang lain menyebutkan, bahwa sebaik-baik rumah adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim. Dan harus diketahui pula, seburuk-buruk rumah adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim, namun anak yatim tersebut tidak dirawat dengan baik (benar-benar sayang). Sangat ditekankan, saat seseorang memutuskan merawat anak yatim, harus benar-benar di rawat (dibuat seneng, dicukupkan kebutuhannya). "Jangan coba-coba merawat anak yatim, jika tidak bisa benar-benar dalam merawatnya nanti". Hamzah bin Yusuf meriwayatkan, kelak nanti di surga ada Istana yang membuat Bahagia (دارالفرح)  . Istana itu hanya diperuntukkan untuk orang yang merawat anak yatim. Lagi-lagi ditambah nikmat ba

Tasawuf

Sekilas yang menggelitik dan menyadarkan "Setiap orang itu memiliki keistimewaan. Kemarin ada yang bisa bikin kue japit, ini ada yang bisa bikin kerupuk yang sebagus ini. Semua orang punya bagian, dan itu istimewa. Jadi tidak ada yang paling istimewa diantara yang lain. Atau mengelukan ke- aku -an dirinya sendiri", ucapan Umik. Percakapan singkat saat menggoreng kerupuk di Jumat siang.

Fathul Qorib: Salat Jumat

Syarat wajib salat Jumat adalah Islam, baligh, berakal, merdeka, laki-laki, sehat, istithan (menetap). Untuk tiga syarat pertama (Islam, baligh, berakal), sama dengan syarat wajib salat dan syarat sahnya salat. Ada penjelasan tambahan tentang poin istithan (menetap). Seseorang menetap ada tiga jenis, pertama adalah mustauthin : seseorang yang tidak mungkin pindah dari tempat itu, kecuali ada hajat. Kedua, mukim : seseorang menetap di suatu tempat namun akan kembali lagi ke tempat asalnya, untuk batasan mukim adalah 4 hari. Ketiga, musafir : menetap di suatu tempat kurang dari 4 hari dan kembali ke tempat asal. Selanjutnya, yaitu tentang siapa saja yang tidak wajib salat Jumat. Mereka adalah yang kafir, anak kecil, orang gila, budak, orang sakit. Adapun syarat sahnya salat Jumat: darul iqomah (daerah yang ada pemukiman baik kota maupun desa), jumlah orang (laki-laki) yang menetap sejumlah 40 orang (menurut Imam Syar'i), sedangkan pendapat dari Ibn Hazim adalah 2 orang cukup karen

Kitab Irsyadul 'Ibad: Merawat Anak Yatim (1)

Ketika makan harta anak yatim, baik sedikit (diumpamakan satu biji) atau banyak (apalagi) adalah dosa besar dan merusak . Dalam kitab tertulis  كبار والمهلكة yang berarti besar dan merusak. Sehingga ada perintah, atau anjuran untuk mengurus anak yatim. Sangking luar biasa keutamaannya. Disebutkan juga mengasuh janda (rondo).  Perumpamaan orang yang mengasuh adalah sesuai dengan ungkapan Nabi, layaknya jari telunjuk dan jari tengah.  Ada penjelasan yang melebar, ketika ada janda dan memiliki anak, "Jangan dijadikan mengawini janda itu dengan maksud mengurus anak si janda yang berstatus anak yatim" , papar Gus Umam dengan tawa canda. Ketika ingin mewujudkan niat baik, mengurus anak yatim (cukup anak janda saja), atau mengurus si janda saja. Jangan dinego-nego, terlebih jelas dalam diri ada niat yang didominasi oleh nafsu. "Memang susah, jika amal itu jauh, murni tanpa nafsu diri", tegas Baba. Riwayat dari Ibnu Majah menyatakan, "Barangsiapa yang merawat 3 anak y

Paras Buruh

Gambar
Sore, padat sekali di ruas jalan utama Jepara-Kudus. Tepat di waktu pulang kerja, pabrik-pabrik serentak membuka gerbang yang menandakan para buruh boleh kembali ke rumah. Mulai pagi jam 8 sampai jam 4 sore, diri (para buruh) harus siap melaksanakan semua tugas, yang nanti akan masuk dalam bill gaji di akhir bulan. Dengan segala peraturan pabrik, kreativitas dan kebebasan bisa dibilang dibatasi. Karena hanya sesuai komando saat melakukan (aktivitas) pekerjaan dalam beberapa jam itu. Menurut penuturan beberapa orang yang saya tanya, pekerjaan dalam pabrik hanya satu hal saja. Misalkan di garment (pabrik tekstil); entah memasang kancing baju (saja), memasang lengan (saja), atau yang lainnya, saya juga kurang tahu detail. Sinar matahari semakin terkikis. Sudah berupa mega merah, yang lama-lama berubah menjadi gelap pekat. Mungkin waktu malam menjadi waktu istimewa yang dinantikan para buruh pabrik. Untuk merebahkan badan di kasur. Ribuan perempuan memadati jalan, ada yang berseragam biru

Tulisan Penyambung Silah

Ada saja pikiran yang lewat tanpa permisi. Pikiran yang menyatakan saya tidak legowo. " Saya harus bisa melakukan sesuatu. Saya sudah bulat bahwa saya harus nulis. Karena tidak ada yang bisa dilakukan kecuali sambung kata lanjut sambung kalimat jadi bacaan (karya utuh)" , gerutu saya. Tidak disangka-sangka, biidznilah , ada pesan masuk;  "Salam, Sania, sedang dimana? ," tanya dosen mata kuliah Struktur Insan sekaligus yang memebekali saya menulis jurnal, mengucap lewat WhatsApp. Alhamdulillah , seketika saya ucapkan. Dibarengi rasa senang, bisa bersilaturahmi lagi, meskipun hanya virtual. "Saya di kampung Bapak, sedang masa pengabdian. Bagaimana bapak?" , saya merespon balik. "Oh iya, jurnal Struktur Insan semester 5 mau saya publish, boleh?" , tutur Bapak. Percakapan ringan seputar kepenulisan, dan akhirnya saya menyetujui dengan sepenuh hati. Allah dalam pengabulan (kehendak-Nya) memang tidak disangka-sangka. Saya masih ingin studi lanjut, namu

Sedang

Sedang banyak dateline Sedang mentanskrip tulisan (buku) Sedang berhadapan dengan orang banyak Sedang berhadapan dengan keberanian diri Sekaligus, sedang berhadapan dengan kebalikan semua itu