Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Kata Kunci "Organisasi"

Gambar
Organisasi: Seni memahami orang lain, bukan begitu? Sumber: Quora Tidak  cuma pintar argumen, tapi juga pintar menyampaikan. Ada yang tau, tapi diam. Ada yang tidak tau, asal bicara, ada yang benar diam karena tidak tahu, dan ada yang tahu benar sekaligus pandai dalam menyampakikan. Sepertinya pilihan terakhir hanya para wali yang bisa. Tiga kali berturut-turut mengikuti kegiatan pertanggung jawaban organisasi. Acara yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali, di setiap akhir masa jabat organisasi. Sudah tau setidaknya bagaimana pola organisasi tersebut. Sehingga, ketika menilai sebuah organisasi, tidak sekedar sistem yang tepat benar. Akan tetapi bagaimana peran atau tingkah polah di dalam organisasi tersebut. Setuju tidak? Ketika tau kebenaran, selanjutnya adalah belajar untuk menyampaikan. Ah banyak sekali bicara saya ini. Dalam kenyataan, di sebuah ruangan petak, pengap, berjauhan, tapi masih bisa bertukar pikiran ada saja hal yang tidak normal. Normal  menurut saya ini, bisa di

Tentang Tempo Hari

Mas, sesekali inginku bercerita tentangmu.  Sebelumnya aku mau berbagi cerita, aku kemarin mendapatkan kalimat yang kurang lebih seperti ini, Yang tidak dapat dipercayai adalah tangisan perempuan dan (sakit) hati laki-laki Yang tidak dapat didustakan adalah, tangisan laki-laki dan (sakit) hati perempuan Aku malam itu menangis, Mas. Sudah biasa bukan? Memang itu lumrah, bukan masalah. Lagi-lagi kuucapkan, aku takut. Takut harus bergantung lagi. Aku mengungkapkan sudah move on . Iya, benar. Aku dengan sagala tingkah polahku, mencari pengalihan agar tidak teringat olehmu. Dan jika ditanya move on dengan adanya orang lain, ah dusta!. Tidak segampang itu ferguso. Rasa ini semu, tapi akan hadir ketika dipanggil. Seperti panggilanmu yang kurang lebih dua minggu. Aku suka, Mas. Tapi rasaku dibarengi dengan kesal. Yang jatuhnya menjadi prasangka buruk. Dasar takut yang laknat. Padahal nikmati saja komunikasi. Maafku sudah tidak berlaku, expired , ya Mas? Eh. Aku tersadar, Mas, sepertinya aku su

Tulisan yang Ter-Skip

Rasa di bulan Ramadhan itu berbeda. Dan saya merindukan rasa itu. Dua Ramadhan terakhir ini terasa bahagia, sepesial. Saya merasakan hidup yang sesungguhnya. Entah kenapa? Tahun lalu, saya tidak sahur dan buka bersama keluarga. Ya, saya di pesantren. Cerita sedikit tentang pesantren, di situlah saya menikmati indahnya hidup. Segalanya bareng, sore hari berbondong-bondong ke masjid. Peci dan sarung yang nyentrik tak pernah ditanggalkan oleh mereka, para santri. Kitab 'kuning' yang didekap di dada atau di antara ketiak dan dada. Sungguh membuat orang yang melihat merasa 'adem'. Pesantren, ternyata selama ini yang saya cari, baru ketemu. Bingung untuk mendeskripsikan. Santri-santriah menjaga rasa tawadu' kepada sang Kiai. Kalau diteliti, negara Indonesia ini keren, karena pondok pesantren. Indonesia terkenal dengan sistem pendidikan yang basisnya pesantren. Puluhan ribu pondok pesantren di negara kita tercinta ini. Santri tetap selamanya santri. Setinggi apapun seb

Sulit

Buya Kami

Gambar
Tepat, 3.30 A.m alarm saya berbunyi. Saya terbangun, dengan seketika memegang hape, mematikan alarm. Di layar hape, pesan singkat lewat, paling atas Grup Whatsapp Lubuk JA. “Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un” , begitu pesan terakhir yang nampak. Belum sempat saya buka, saya berhenti sejenak, “Buya” , segera saya hempaskan pikiran itu.  Saya buka kunci layar hape, dan membuka grup Whatsapp itu. Ka Maulani mengirim pesan sekitar 10 menit sebelum alarm saya berbunyi, 3.20 A.m. Astaghfirullah, Alfatihah.. Buya MN. Kamba telah berpulang ke rahmatullah pukul 1.00 A.m dini hari. Gusti, saya hanya menyeka ujung mata. Tak kuasa.. Memori, jalan Buya yang khas ketika ke kampus. Saya melihat dan merekam itu, dengan bawa tablet andalan Buya sepertinya. Tidak bersedia naik kendaraan, hanya kosma yang mengawal Buya di samping—dari permai IV menuju Kampus UIN.  Gaya Buya yang Khas, foto diambil ketika bedah buku TMA bareng Mbah Tedjo:) Buya, ada satu tulisan di blog saya ini. Yang dulu saya sempat

Hubb

Pengorbanan dan Keberanian -AZ-

Birokrasi Tanpa Gelombang

Gambar
-Sangking ruwetnya, dan bergelombangnya, sampai akhirnya tidak merasa, dan menganggap biasa- Memang rumit, apa itu birokrasi. Jadi, cukup menyadari, dan bisa untuk dimaklumi... Kaka : “Mas, ini sudah lengkap persyaratan, mau minta formulir.”  Petugas         : “Iya, silahkan” Kantor yang dikunjungi kaka adik ketika pagi, di waktu siangnya sudah tidak tampak pemandangan yang sama. Saat pagi berjubel motor di parkiran, banyak orang mengambil nomor antri yang berular-ular , satpam stand by , seluruh petugas rapi (dilihat mimik mukanya, ketika lega atau sedang capek).  Di waktu siang.. Apa iya uang kompensasi ketika pagi dan siang berbeda? Atau benar kata banyak orang, sudah siang semakin menurun semangatnya, sudah letih? Salah satu pemandangan, Staff TU (bagian data), merangkap sebagai satpam. “Pak saya bantu”, tangan kiri Staff TU menempel di keyboard, tangan kanannya mencet tombol mesin pencetak nomor antri, mengambilkan nomor antri masyarakat yang tidak bisa mengoperasikan mesi

Sela-sela Birokrasi

Gambar
Ekspedisi budak dua ini masih berlanjut. Selepas dari bank harus kembali ke kantor jaminan kesehatan. Karena tujuan utama adalah kantor jaminan itu. Dan segala pernak pernik yang harus dilalui adalah proses menuju itu. Benar ya, hakikatnya adalah semua usaha. Kalau tidak mau usaha, mana pernah bertemu orang-orang demikian dengan segala tingkah—tidak karuan.  Adik dan Kaka memutuskan untuk salat dulu.  Kaka : “Salat dulu ya dik, di masjid agung.” Adik : “Iya, ka.” (Kaka selalu mengajak dalam kebaikan. Dan emang sudah waktu salat, adzan dhuhur selesai dikumandangkan, bergegas menuju masjid yang kurang lebih 10 menit dari bank. Salat (lebih baik) tepat waktu) ** Alhamdulilah, sedikit lega. Persyaratan sudah dilengkapi. Dan lebih membuat nyaman, adalah terik matahari yang bisa diredam dengan dinginnya marmer di masjid agung. Kaki yang menelapak, rasanya cess .  Adik : “Ka, adik wudhu ya”, ijinnya dan menyerahkan tas ransel yang dibawanya. Kaka yang kebetulan di waktu itu sedang me

Bu(n)tut Birokrasi,

Gambar
www.alsalta.com Kantor selanjutnya, hanya  berjarak kurang lebih3 km. Masih sama dalam kota, berjejeran gedung bertingkat namun tidak sampai mencakar langit. Hee . “Tidak semua bisa menikmati suasana ini, mungkin. Walau sebatas kabupaten.” Adik dan kaka itu masih bisa mengkases kota kabupaten dengan jarak tempuh 20-30 menit. Pengalaman adik ketika mendengar temannya yang rumahnya diujung nan pelosok desa dari kota itu, harus sedari subuh berangkat agar sampai kota kurang lebih jam 8, dan masih antri, tidak jarang mengantri sampai 2-3 jam, dan masih menempuh perjalanan pulang. Kalau perjalanan lancar, maghrib sudah sampai rumah. Ada lagi, ketika tidak selesai diurus dalam satu hari, harus kembali ke kantor di kabupaten, sekalipun hanya mengambil berkas yang diurus sebelumnya. Begitu administratif, otoriter, sistematis, ya dengan tujuan mensejahterakan rakyat. (Aamiin banter, untuk ucapan terakhir ini) Sepeda motor sudah pada tempatnya, di parkir dibelakang gedung. Pemandangan yang sedi

Sudah lama tidak bercanda ya, Mas...

Mas, aku punya cerita banyak. Tapi satu-satu dulu ya, biar selalu ada yang dibahas ketika bertemu. Biar tidak membicarakan tentang 'Kita'. Aku mendapati kisah bagus, Mas. Dari jejaka yang sekarang sudah menjadi ayah, dan jaka yang sudah menjadi ayah, sekarang sudah tiada. ** Mas, aku menyebut dia; ayah saja, ya! Ayah ketika masa mudanya seringkali berkelahi, bikin onar, tidak di rumah tidak di kampus selalu bikin rusuh. Pada waktu remajanya, dia bertato, suka mabok, dan gonta-ganti pacar. Emang begitu ya, Mas, anak muda? Sudahlah, mungkin itu masa lalu yang dibuat pelajaran. Ayah yang dulunya remaja itu, hebat! Nampak ketika mendapat gelar ‘Ayah’, waktu itu istrinya hamil dan melahirkan putra. Putranya diberi nama Voja. Ayah itu suka sekali menuliskan kisahnya, Mas. Ada dua judul yang kutemui di bio Ayah itu. Yaitu, “Menikah” dan “Darah”. Kisah pendek yang bersambung menurutku, Mas.. “Aku menuruti keinginannya, untuk di rias ketika menikah dan naik panggung. Karena dia (calon i

Jaminan Kesehatan !/?

Gambar
Sedari pagi, perjalanan 2 gadis yang terpaut 2 tahun umurnya (kaka dan adik), hendak menuju kota kabupaten. Perjalanannya bertujuan untuk mengurusi jaminan kesehatan. Sebelumnya tidak perlu diurus, rasanya. Karena dua gadis itu masih ngikut orang tua yang kebetulan mendapat jatah sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara). Oh ternyata, setiap orang bertambah umur, begitupun si gadis, kaka beradik. Yang menyadari hal itu ketika harus mengurusi jaminan kesehatan, atau disebut pembaharuan—menjadi mandiri. Mandiri disini secara keterangan, seharusnya ketika seseorang itu sudah memiliki penghasilan dan bisa membayar tagihan tiap bulan, yang disesuaikan dengan gaji. Boro-boro, gadis yang posisinya adik, hanya nguntit keluarga. Belum punya penghasilan. Kalau gadis satunya—si kaka, sudah ada pemasukan dari hasil mengajar dan memimpin majlis. Sedang si adik yang hanya bermimpi menjadi penulis, ikut jadi kontributor (freelance), terkadang dikalahkan dengan rasa malas dan tidak memenuhi ‘dedline’, wa

Bangsri

Gambar
Aku besar di daerah Bangsri. Sejak SMP sampai Aliyah. Dan aku menemukan tempat, dimana aku tahu apa itu riyadhoh , mengenal guru, dan ada rasa ‘ klek ’ di hati.  5 Juni 2020, aku menyinggahi Bangsri. Bukan hal yang istimewa, seperti sudah lama tidak mengunjungi, lantas aku berkunjung pertama kali. Bukan ! Aku berulang kali ke Bangsri, dan tidak ada rasa jemu. Tapi rasa selalu ingin ku memburu. Ingin ku jemput, kejar, bahkan menetap. Banyak hal yang kudapati, dan masih bisa ku jumpai. Tidak hanya tempat, tapi juga sosok. Mulai dari Kiyai, Bunyai, Kang-kang, dan rekan-rekan. Aku tidak merasa sepi, atau hampa. Aku masih bisa merasakan walau dalam kesendirian, tapi nyatanya aku tidak pernah sendiri. Selalu ada orang-orang yang bisa diajak (mengajak) untuk saling mengisi.  Syukuran IKAHABA, orang-orang ini yang membuatku mengerti arti mengabdi Ka Hay, Ketua IKAHABA: sedang potong tumpeng ** Aku mengunjungi salah satu Mbak, yang mengajariku memulai mengarungi keinginanku. Yang ku sebut di pa

NGO (Non-Govermental Organization), Ada yang Tau?

Aku menemukan apa yang pas dengan diriku. Aku mendapati kata baru dari buku yang kubaca, Muslimah yang Diperdebatkan karya Mba Kalis Mardiasih. Kata itu adalah INFID. Aku tak menemukan penjabaran apa itu INFID dari buku itu. Ya, juga karena aku belum pernah mendengar kata itu sebelumnya. Sehingga, sekalipun dijelaskan kasus yang berkaitan dengan INFID dalam buku Mba Kalis, aku tetap tidak tahu. Aku mencari arti kata INFID di Simbah Gugel. INFID memiliki kepanjangan, International NGO on Indonesia Development . Lantas aku menemukan kata baru lagi, NGO. Ada yang  tau? Kucari lagi, dasar sedang kepo! Ternyata NGO, adalah Non-Govermental Organization . Semacam organisasi non pemerintah. Di negara lain juga memiliki organisasi tersebut. Sehingga negara-negara dengan organisasi non pemerintah di dalamnya memiliki tujuan yang sama. It's simple but not everyone like about that, ialah pengabdian . Bisa saja disebut relawan atau volunteer. NGO, memiliki tujuan membantu masyarakat tanpa me

Diam

Pernah ga sih? Merasa dalam posisi dilema, banyak yang dipikirkan dan disitu harus memutuskan. Benar demikian? (Gadis sedang bertanya di ruang sosial dalam dirinya, yang tak tau mana benar dan salah) Apakah ini yang dibilang kebanyakan orang, ruwet-rudet setelah menyelesaikan studinya (S1)? Ketika harus memutuskan untuk mondok-mengabdi lebih awal, tapi disitu ada tawaran pekerjaan, Ya Rabb... Keinginan untuk menghafal Qur’an sudah bulat, dan bukan sepadan jika dibandingkan dengan pekerjaan yang ditawarkan ini. Mungkin... Menghafal Qur’an perlu dan harus mengkhususkan niat, waktu, hajat, dan usaha dhohir wa bathin. Sekarang dalam posisi dan rasa yang “diumpamakan” Diam . Masih ragu dalam memutuskan, dan sedang mengotak-atik pikiran sendiri. Disergap dengan banyak pertanyaan dan bayang-bayang. Diri ini berdialog dengan sukmanya. “Tidak inginku mengabari banyak orang, tidak ingin membagi rasanya. Walaupun disela-sela rasa ini, salah satunya adalah rasa rindu yang amat sangat. Tapi pikirku