Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Arti Pertemuan

Gambar
Bangun pagi, seperti hari biasa dalam fase ini. Berat, begitu dalam imajinasi saya. Tapi bagaimanapun saya harus tetap melek melihat langit, bukti kalau saya masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri atau setidaknya bertahan mensyukuri setiap hela nafas yang cuma-cuma dari Tuhan. Hari ini, hari yang kunanti. Hari dimana saya bisa keluar pesantren karena ada agenda bersama para alumni. Sayang seribu sayang, lagi dan lagi karena kecerobohan saya dalam membaca. Saya mendapatkan pesan WA yang saya buka seketika pesan masuk. Namun kebiasaan jelek saya, langsung klik scroll yang menuju pesan terakhir. "Ahad ini saya ada agenda", pesan dari ketua. Ternyata maksud dari pesan itu adalah "di Minggu ini saya ada agendanya", ditambah pesan berikutnya yang tidak terlihat oleh kedua mata saya, "Saya berangkat hari Sabtu". Cetho welo-welo, jelas sejelas-jelasnya. Intinya, saya keciri (salah pemahaman). Saya sudah mandi pagi, siap, wangi, tinggal berangkat. Eh, BATAL

Washilah Melalui Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Serta Perantara Buya Kamba

Gambar
Saya ingin menyapa. Menyapa teman sejawat yang pernah kuliah di jurusan Tasawuf dan Psikoterapi, atau teman sekelas saya (tidak lain jurusan yang sudah saya sebut, mereka adalah AMP2), atau yang pernah merasakan duduk di bangku kuliah dengan KRS jurusan tersebut. Oh iya, Tasawuf dan Psikoterapi UIN Sunan Gunung Djati khususnya. Tapi saya juga menyapa yang lain, yang lebih luas, siapapun yang pernah ngangsu kaweruh kepada Buya M.N Kamba. Siapapun, yang mengenal, pernah melihat, atau yang tidak kenal juga tidak masalah. Kalian rindu Buya? Kalian ingin bertemu kembali dengan Buya? Kalian gagal bertemu Buya? Saya memukul rata jawaban yang akan saya dapat. IYA, jawaban yang tepat. Seringkali, terlebih di saat kondisi saya saat ini, saya mengucap rindu, mengirim bacaan surat al-fatihah saya khususkan kepada beliau, Buya. Saya sedang dalam aktivitas pengabdian. Saya fokus dan telah memutuskan untuk mengabdi di pesantren asal. Pengabdian yang telah saya rencanakan, walau tidak mau lebih awal m

Pagi, Kamis 3 Desember 2020

Gambar
Meluangkan waktu.. Kabar di pagi hari ini menjadikan niat saya untuk menulis terealisasikan. Dalam seminggu ini banyak hal yang ingin saya catat karena itu penting dan membuat saya harus berhati-hati sekaligus berkesan di hati. Toples kaca, memang cantik tapi mudah rapuh. Definisi yang cukup mewakili barang berharga itu. Barang berharga bagi Umik. "Jangan sampai pecah atau hancur. Umik akan duka (marah)", pesan putri Umik. Sepanjang proses mencuci, salawat saya tiada putus. Teringat ketika ada cerita yang membuat roti, selalu mengucap istighfar. Banyak aktivitas yang sekiranya cukup saya katakan tanpa penjelasan. Merapihkan barang dapur, memasak dengan wajan yang harus dipanaskan dulu tanpa dikasih minyak agar tidak lengket, membersihkan kamar yang sekalinya dituntun sama Umik, ada beberapa alumni (Mba Zun dan Mba Nisa) dan mengucap bahwa nanti saya akan gabung di sekolah, ada Mba Muna yang memberi undangan pernikahan, satu lagi undangan datang (pernikahan Ka Syarif dan Mba

Mengabdi Beda Persepsi

Mau menulis saja, pertimbangannya Subhanallah . 'Apa yang mau ditulis ya, ah ga menarik, sudah terlalu lama tidak cerita pengabdian, ah sulit, dan masih banyak lagi'. Tapi akhirnya saya bisa sedikit mengajari diri saya untuk menampik kemalasan. Sudah hampir 4 bulan saya mengabdi, ya kurang 5 hari.an lah. Tepat di hari ini, 25 November 2020, perasaan yang tidak enak muncul. Perasaan yang mirip ketika saya pertama kali di pesantren. 'Saya tidak berbuat apa-apa, dan saya tidak nyaman karena rasa ewuh '. Sebenarnya saya sudah tau apa yang seharusnya saya kerjakan, 'menemani Umik'. Namun agenda rutin itu, dalam satu bulan terakhir ini tidak tentu atau dinamis. Sebenarnya hal dinamis itu bukan buruk, bahkan saya suka. Tapi tidak tau, untuk perkara ini. Saya diarahkan untuk menemani cucu Umik yang masih kuliah, menemani sekaligus membantu mengerjakan tugas. Saya suka. Dan tugas-tugas semakin kesini pasti semakin banyak. Sehingga, intensitas dengan cucu Umik lebih padat

Kata Dia

Mengutip dari Syech Siti Jenar, Surga yang luhur terletak pada perasaan hati yang senang:)

Untuk Nak,

Mendapat kabar darimu, saya kaget. "Bagaimana ketika menerima hasil tes kesehatan waktu itu?" Padahal tidak terpikirkan sebelumnya. Na'udzubillah. Kalau saya, 'turut dalam skenario pandemi dari Gusti yang luar biasa ini'. Doa dan harapan saya ucap di awal. "Semoga bisa sembuh dan diangkat penyakitnya", al-Fatihah... Aamiin "Kamu", pekik saya ketika melihat foto kita berdua. 'Ada-ada saja cerita tentangmu'. Dalam benak saya, Allah selalu melingkupimu. "Mak", jawab dia (menurut bayangan/imajinasi saya) Bukan menyangkut-pautkan, tapi saya ingin mengungkapkan. Pagi ketika saya chat dia, ingin berbagi cerita. Seribu mikir untuk kirim pesan atau tidak. Iya, tidak, iya, tidak! Akhirnya saya kirim. Saya mikir, karena ketika saya chat berbau sambatan. Takut ketika cerita, yang disana berisi keluh kesah. Masa iya cerita isinya mengeluh. Ah biar berjalan nanti. Ternyata sebentar saja saya chat-berbalas.  Di waktu malam, dia chat di grup

Tentang Berjuang

Rabu malam Kamis, menjadi hari yang saya istimewakan. Karena apa? Karena saya menyempatkan menulis apa yang saya rasakan. Sudah lama bukan, wahai diri? Tidak mengulas, barang untuk muhasabah diri atau memperbaiki diri, atau sekedar men.sambati. Saya tidak ingin malam ini berlalu. Begitu berat setiap diri beranjak kepada hari esok. Saya terbayang dengan diri yang berjuang dalam kurun waktu 12 jam di waktu siang, karena ada tanda sinar matahari juga jarum jam yang bergulir memutari angka yang hanya ada 1-12. Saya tidak ingin malam hilang. Malam menurut saya adalah waktu yang tidak ada penyesalan, tidak ada kegundahan, ada usaha tanpa tuntutan, ada waktu istirahat tanpa ada paksaan.  Saya sudah lelah dengan siang. Berjuang sendiri, tanpa ada kepentingan, benar-benar mengajari diri sendiri dengan kesadaran diri yang rentan lupa diri. Mulai dengan merapihkan tempat tidur, selang olahraga setiap dua hari sekali--sebagian realisasinya hanya rencana (saja), disambung mandi atau makan, mencoba

Tanggung Jawab sebagai Wujud Kebahagiaan Diri

Gambar
Siapa yang ‘Tanggung Jawab’, maka dia mencintai dirinya penuh bahagia. Bahagia? Bukan melulu soal nikmat, yang secara dhohir bisa dilihat dan dirasakan atau seolah terkecoh. Misalkan pada sebuah rasa, senang mendapat hadiah, bebas dari semua tuntutan. Eits, itu bukan satu-satunya sumber ya! Namun, keseharian kita yang terpenuhi dengan kegiatan positif, mendapatkan nilai atau hikmah, menjalankan planning (baik sesuai ataupun meleset) adalah sumber dari kebahagiaan atau rasa lega (nyaman). Karena satu hal, ‘Tanggung Jawab Tertunaikan’.   Mungkin setiap orang akan berbeda-beda dalam mendefinisikan apa itu ‘bahagia’. Disini saya akan berbagi tentang makna dari kebahagiaan dari sebuah ‘Tanggung Jawab’. Saya sedang gandrung dengan dua suku kata itu. Saya tertarik untuk mengeksplor di mesin pencari dan beberapa referensi, apa sih rahasia di balik ‘Tanggung Jawab’.   Saya akan memberi ulasan singkat tentang ‘Tanggung Jawab’ sebelum kepada penjelasan beberapa tokoh. Tanggung Jawab, be

"Tik Tok: Mengurangi Kenyamanan dalam Menggunakan Transportasi Umum"

Gambar
Perhatian-perhatian, jangan sampai dilewatkan... Transportasi umum itu apa saja kawan-kawan? Bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi), kereta api Persero, kapal laut, pesawat terbang, apapun jenis kendaraan yang digunakan massal. Biasanya dikenakan tarif dalam setiap perjalanan, rute juga ditentukan, termasuk layanan umum dengan jadwal yang ditentukan. Bisa juga diartikan transportasi tanpa embel-embel 'pribadi'. Seperti kepunyaan artis cantik Indonesia, Syahrini yang sempat diberitakan infotainment memiliki jet pribadi. Apalah saya yang menjadi penumpang setia transportasi umum untuk dia yang lebih setia pada selain saya. Eheee~ Jadi gini ges, saya memilih bus umum dalam perjalanan mudik ke kampung. Saya pastikan tidak sendiri di dalam.  Kecuali ada bus horor jurusan Bekasi-Bandung beberapa waktu lalu, cuma satu penumpang yang berwujud manusia. Selainnya, ghaib tampak pucat, kaki tidak napak (tanah). Ngeri amaattt. Bus yang saya tumpangi kali ini, dipadati penumpang, karena terca

Sahabat Sejati

Untuk malam 21 Oktober 2020, harapku tercapai. Aku nonton film dan bisa menangis. Dancing In The Rain, sepertinya malam ini kedua kalinya nonton film itu. Dalam film, ada Banyu, Radin, dan Kinara. Pertemanan, persahabatan, dan pengorbanan, dilingkupi ketulusan. Banyu anak dengan keterblakangan mental--autis. Kinara mengidap radang selaput otak. Ketika di akhir cerita, Radin diketahui memiliki riwayat jantung, dari ayahnya. Aku mengagumi pertemanan seperti itu. Aku entah sanggup atau tidak. Sepertinya aku tidak sekuat itu.  Banyu lebih dulu bahagia disana, surga Aamiin. Banyu merelakan jantungnya untuk Radin. Teman sedari kecil, semenjak usia SD. Ada yang datang, Kinara. Penyakit yang dideritanya masih membuatnya bertahan. Dari ketiga itu, Banyu yang paling awal bertemu dengan kebahagiaan abadi.

Malam ({})

Kenapa malam selalu saya nantikan? Kenapa malam tidak pernah ada penyesalan? Kenapa malam selalu nyaman? Mungkin saja masih pada tahap banding-membandingkan dengan siang. tapi bukankah hidup itu tentang pilihan, memilih, dan dipilihkan? Antara kesemua itu, saya ditempatkan pada 'malam'. Saya pernah membaca, malam adalah waktu untuk mengevaluasi diri setelah seharian beraktivitas. Siang penuh dengan tuntutan, dan seolah tegang. Malam, cocok untuk istirahat. Waktu malam lebih dingin dan senyap, membuat pikiran lebih tenang. Malam juga waktu dimana komunikasi intim, baik dengan orang lain atau dengan diri sendiri. Bisa menemukan apa itu penyadaran dan penerimaan. Atau yang sudah diakui pada keumuman orang, waktu yang baik untuk sepasang kekasih atau sepasang suami-isteri. Ada waktu, dimana saya sebut 'nanti dulu'. Saat ini saya benar bertarung dengan waktu siang. Bagaimana diri ini bisa mengisi hari. Banyak hal yang harus tertunaikan, adakalanya ingin dipermainkan. Tapi sa

Bau Acem, Tertutupi dengan Kesturi

Saya baru tahap belajar untuk menjadi seorang abdi, di Sunda istilahnya 'ajengan'. Kunci yang harus dimiliki adalah 'Manut' atau Patuh. Tapi saya sendiri, masih mereka-reka arti kata dan bentuk nyata dari kata itu. Kalau saya saat ini, 'melakukan apa yang diperintahkan'. Ada waktu dimana saya juga mengawali. "Apa yang bisa saya bantu", ini termasuk ungkapan manut atau tidak. Saya tidak tahu betul. Pernah sekali ada ungkapan, 'mahasiswa itu lebih inisiatif'. Kembali ke pribadi, bagaimana merespon orang lain, dan memposisikan diri diantara orang lain. Saya duduk di bangku mobil nomor dua, berdampingan dengan Ning pondok. Namun saya sebut Ibu Nyai, karena beliau yang menyimak ngaji saya, dan yang saya 'eloni'  atau 'nderekaken'. Bangku depan, ada Gus dan Ibu Nyai (sepuh). Dalam kesehariannya, saya nderekaken Ibu Nyai (sepuh). Siapapun beliau, saya hanya bisa ikut. Dalam benak, 'tanggung jawab'. Dalam pikir, 'rasa takut

Kontributor Mojok yang Enggan Tertolak!

Suatu hari saya membuka platform Mojok. Saya termasuk pembaca yang memfavoritkan platform renyah ini. Banyak konten yang ditawarkan, menggelitik untuk dibaca. Kesan saya, ko bisa ya dapet ide kayak gitu . Pernah baca tulisan yang judulnya "Nggak Berani Ngaku Jatuh Cinta sama Teman Sendiri karena Takut Merusak Persahabatan" klik ya! . Ya mungkin itu yang saya ingat, karena relate dengan pengalaman saya. Eh.. Cukup lah, nanti jadi curhat. Mari kita lanjut. Berawal dari teman dan senior, sehingga saya tahu platform ini, berujung cocok, dan timbul ambisi untuk ikut nulis di dalamnya. Ya, apa salahnya mencoba. Sampe-sampe, sempat searching dan menemukan dari salah satu sumber. Ternyata pesangon kontributor di Mojok, menduduki peringkat pertama dari website-website lain. Lha ko malah bahas royalte, ah sebagaimanapun usaha penulis, tetap saja uang lelahnya terhitung kecil, seperti kata penulis Bernard Batubara,, dalam sebuah seminar di kampus, sempat mengucapkan "Menulis itu ak

Kitab Irsyadul 'Ibad: Merawat Anak Yatim (2)

Masih dilanjut pembahasan tentang keistimewaan merawat anak yatim. Dalam artikel  klik di sini sebelumnya disebut--orang yang merawat anak yatim layaknya beribadah setiap hari, ketika malam tahajud, ketika siang berpuasa, dan Allah muliakan hamba tersebut di surga kelak (HR. Ibn Majah). Riwayat Ibn Majah yang lain menyebutkan, bahwa sebaik-baik rumah adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim. Dan harus diketahui pula, seburuk-buruk rumah adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim, namun anak yatim tersebut tidak dirawat dengan baik (benar-benar sayang). Sangat ditekankan, saat seseorang memutuskan merawat anak yatim, harus benar-benar di rawat (dibuat seneng, dicukupkan kebutuhannya). "Jangan coba-coba merawat anak yatim, jika tidak bisa benar-benar dalam merawatnya nanti". Hamzah bin Yusuf meriwayatkan, kelak nanti di surga ada Istana yang membuat Bahagia (دارالفرح)  . Istana itu hanya diperuntukkan untuk orang yang merawat anak yatim. Lagi-lagi ditambah nikmat ba

Tasawuf

Sekilas yang menggelitik dan menyadarkan "Setiap orang itu memiliki keistimewaan. Kemarin ada yang bisa bikin kue japit, ini ada yang bisa bikin kerupuk yang sebagus ini. Semua orang punya bagian, dan itu istimewa. Jadi tidak ada yang paling istimewa diantara yang lain. Atau mengelukan ke- aku -an dirinya sendiri", ucapan Umik. Percakapan singkat saat menggoreng kerupuk di Jumat siang.

Fathul Qorib: Salat Jumat

Syarat wajib salat Jumat adalah Islam, baligh, berakal, merdeka, laki-laki, sehat, istithan (menetap). Untuk tiga syarat pertama (Islam, baligh, berakal), sama dengan syarat wajib salat dan syarat sahnya salat. Ada penjelasan tambahan tentang poin istithan (menetap). Seseorang menetap ada tiga jenis, pertama adalah mustauthin : seseorang yang tidak mungkin pindah dari tempat itu, kecuali ada hajat. Kedua, mukim : seseorang menetap di suatu tempat namun akan kembali lagi ke tempat asalnya, untuk batasan mukim adalah 4 hari. Ketiga, musafir : menetap di suatu tempat kurang dari 4 hari dan kembali ke tempat asal. Selanjutnya, yaitu tentang siapa saja yang tidak wajib salat Jumat. Mereka adalah yang kafir, anak kecil, orang gila, budak, orang sakit. Adapun syarat sahnya salat Jumat: darul iqomah (daerah yang ada pemukiman baik kota maupun desa), jumlah orang (laki-laki) yang menetap sejumlah 40 orang (menurut Imam Syar'i), sedangkan pendapat dari Ibn Hazim adalah 2 orang cukup karen

Kitab Irsyadul 'Ibad: Merawat Anak Yatim (1)

Ketika makan harta anak yatim, baik sedikit (diumpamakan satu biji) atau banyak (apalagi) adalah dosa besar dan merusak . Dalam kitab tertulis  كبار والمهلكة yang berarti besar dan merusak. Sehingga ada perintah, atau anjuran untuk mengurus anak yatim. Sangking luar biasa keutamaannya. Disebutkan juga mengasuh janda (rondo).  Perumpamaan orang yang mengasuh adalah sesuai dengan ungkapan Nabi, layaknya jari telunjuk dan jari tengah.  Ada penjelasan yang melebar, ketika ada janda dan memiliki anak, "Jangan dijadikan mengawini janda itu dengan maksud mengurus anak si janda yang berstatus anak yatim" , papar Gus Umam dengan tawa canda. Ketika ingin mewujudkan niat baik, mengurus anak yatim (cukup anak janda saja), atau mengurus si janda saja. Jangan dinego-nego, terlebih jelas dalam diri ada niat yang didominasi oleh nafsu. "Memang susah, jika amal itu jauh, murni tanpa nafsu diri", tegas Baba. Riwayat dari Ibnu Majah menyatakan, "Barangsiapa yang merawat 3 anak y

Paras Buruh

Gambar
Sore, padat sekali di ruas jalan utama Jepara-Kudus. Tepat di waktu pulang kerja, pabrik-pabrik serentak membuka gerbang yang menandakan para buruh boleh kembali ke rumah. Mulai pagi jam 8 sampai jam 4 sore, diri (para buruh) harus siap melaksanakan semua tugas, yang nanti akan masuk dalam bill gaji di akhir bulan. Dengan segala peraturan pabrik, kreativitas dan kebebasan bisa dibilang dibatasi. Karena hanya sesuai komando saat melakukan (aktivitas) pekerjaan dalam beberapa jam itu. Menurut penuturan beberapa orang yang saya tanya, pekerjaan dalam pabrik hanya satu hal saja. Misalkan di garment (pabrik tekstil); entah memasang kancing baju (saja), memasang lengan (saja), atau yang lainnya, saya juga kurang tahu detail. Sinar matahari semakin terkikis. Sudah berupa mega merah, yang lama-lama berubah menjadi gelap pekat. Mungkin waktu malam menjadi waktu istimewa yang dinantikan para buruh pabrik. Untuk merebahkan badan di kasur. Ribuan perempuan memadati jalan, ada yang berseragam biru

Tulisan Penyambung Silah

Ada saja pikiran yang lewat tanpa permisi. Pikiran yang menyatakan saya tidak legowo. " Saya harus bisa melakukan sesuatu. Saya sudah bulat bahwa saya harus nulis. Karena tidak ada yang bisa dilakukan kecuali sambung kata lanjut sambung kalimat jadi bacaan (karya utuh)" , gerutu saya. Tidak disangka-sangka, biidznilah , ada pesan masuk;  "Salam, Sania, sedang dimana? ," tanya dosen mata kuliah Struktur Insan sekaligus yang memebekali saya menulis jurnal, mengucap lewat WhatsApp. Alhamdulillah , seketika saya ucapkan. Dibarengi rasa senang, bisa bersilaturahmi lagi, meskipun hanya virtual. "Saya di kampung Bapak, sedang masa pengabdian. Bagaimana bapak?" , saya merespon balik. "Oh iya, jurnal Struktur Insan semester 5 mau saya publish, boleh?" , tutur Bapak. Percakapan ringan seputar kepenulisan, dan akhirnya saya menyetujui dengan sepenuh hati. Allah dalam pengabulan (kehendak-Nya) memang tidak disangka-sangka. Saya masih ingin studi lanjut, namu

Sedang

Sedang banyak dateline Sedang mentanskrip tulisan (buku) Sedang berhadapan dengan orang banyak Sedang berhadapan dengan keberanian diri Sekaligus, sedang berhadapan dengan kebalikan semua itu

Bersama Ning Mutia (25/9)

Saya diajak keluar Ka Oya. Sebatas muter Bangsri untuk beli jajan Dek Kia, transfer, dan beli sempolan . Saya berkesempatan bonceng beliau, 3 kali keperluan 3 kalu bolak balik keluar pondok. Alhamdulillah hal baru lagi. Saya masih bertanya-tanya, "Apakah iya, tadi saya sens kanan belok kiri?" Tertawa sendiri, saya tidak tahu pasti. Hanya ingat, kalau tadi hendak belok kanan tapi ada yang berusaha nyalip lewat kanan, sehingga terpikirkan kalau mungkin saya belok berkebalikan dengan sens.  Semua keperluan beres. Sempat bolak balik, karena jajan Dek Kia keburu diantar ke Kudus, kalau tunggu transfer, bisa jadi lama. Sehingga pulang antar jajan dulu. Lanjut ke bank, transfer. Tapi, gagal! Balik lagi ke pondok untuk laporan ke Abi (ayah Ka Oya). Lanjut keluar lagi, karena belum jajan (buat Ka Oya sendiri). Pas! Ketika hendak keluar, tamu Baba; Gus Yasin rawuh (tidak asing dengan nama itu, ternyata beliau wakil gubernur Jawa Tengah, sekaligus putra dari Mbah Moen, beliau karib B

Ibu Nyai Be Like!

Hari ini merasakan betapa sakitnya punggung saya. Rasa ini bukan kali pertama, karena kalau saya capek dan sakit, yang paling merasakan derita adalah punggung. Saya tahu dan sadar hal ini sejak Aliyah, dan waktu itu di pondok. Sebenarnya bisa saja sebelumnya, tapi kebetulan yang saya ingat adalah ketika mengungkapkan ke Umay, di malam hari sebelum tidur. Dari saat itu dia sering meledek saya, "Orang tua, mau merebahkan punggungnya. Ngeluruske geger ", candanya. Rasa sakit itu sampai sekarang masih dirasa. Setiap kali banyak aktivitas, dan lelah, siap siap merasakan tebal, panas, sakit di punggung. Tau kah kalian, apa penawarnya? Saya hanya ingin berbagi. Resep manjurnya adalah tidur, keluar rumah (ruangan), bertemu orang baru, minum air putih, kurang lebih itu obat yang siap sedia . Jika langkah-langkah nyata di atas berhasil, salah satu indikatornya adalah bahagia, dan saya bisa mengisahkan ulang dalam tulisan.. hihi . Dan memang tidak selalu demikian, tidur lalu bangun de

Sosok Ayah dalam Tumbuh Kembang Anak

Gambar
Diawali dengan pertanyaan, Seberapa penting peran ayah dalam pengasuhan dan perkembangan anak? Ayah di dalam keluarga memiliki peran penting, jelas diketahui adalah pendukung finansial atau sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah. Peran yang nampak tidak berhubungan atau bersosialisasi langsung dengan anak. Karena sering berada di luar rumah, kurang mengerti bagaimana tingkah atau perubahan yang terjadi pada anak. Apakah seorang ayah demikian, tidak ada perhatian atau interaksi langsung dengan anak? Kapan waktu yang tepat antara ayah dan anak, untuk terjalin hubungan emosional? Pertanyaan itu bisa dibingkai dalam istilah fathering . Pengasuhan oleh ayah atau peran ayah, merupakan uraian singkat dari istilah fathering . Perlu diketahui dan diyakini, bahwa peran ayah pada perkembangan anak adalah sama penting dan utama dengan ibu. Ketika menyebut parenting (pengasuhan orang tua), berarti kedua orang tua. Bukan seperti kabar yang banyak bermunculan, jika pengasuhan anak lebih condong