'Alim, Guru, Kiyai-Bunyai #Day 22
27 Juli 2020 Umik pamit, kalau hendak pergi. Beliau pergi ke Semarang. Obrolan itu, kira-kira di hari sebelumnya (kemarin). Selepas salat isya', saya diminta ke kamar beliau, mengambil jajan. "Kamu malam ini ambil nasi, buat sahur. Umik ga puasa lagi besok. Umik mau ke Semarang", tutur Umik. Siang, 11.00 a.m Umik memanggil saya, untuk membungkus jajan. Beliau bilang, oleh-oleh untuk buyut (atau saya tidak dengar, bisa jadi dari buyut: membahasakan diri Umik). Saya menyerahkan jajan itu pada Umik, yang sudah berpakaian rapi di ruang tamu (teras), siap berangkat. Lumayan banyak barang bawaan yang dikemas. Pikiran saya, 'mau berapa hari di luar kota ya?' Segera saya tampik pikiran kepo itu. "Disini dulu, sampai Umik berangkat. Bantuin naikin barang" , pinta Umik Saya mengangkat toples jajan, untuk dimasukkan ke dalam mobil. Kalimat yang terucap dari Umik, "Sudah ya, Nduk. Titip rumah" , demikian pesan beliau. Ada rasa yang tidak nyaman, dalam