Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Hendaknya

Barusan saya berencana menuliskan 12 hari saya selama di Bandung (kemarin). Banyak hal yang harus dilepaskan dan juga saya dapatkan.  Bersyukur, untung bisa pulang dengan sebongkah cerita yang berhasil apik terbungkus. Enggan dan berharap jangan kepleset mulut kotor ini. Dan saya bisa! Sampai rumah, aman! Malam, 24 Agustus, ternyata masih ada hubungan dan obrolan terus.  Sedih melihat dan mendengar kabar patah hati. Pacaran atau hubungan itu saling merepotkan seharusnya, agar tidak mengira 'tidak dianggap'. Iya kah?

Ko sedih? Iya, Sedih

Mas nya pulang hari ini. Ketika ditanya kapan pulang, dijawab pertengahan Agustus. Dan ketika kemarin, saya chat, mengumpulkan tugas buat dibikin CD-Rom file wisuda dan sebagainya, saya memastikan lagi, kapan kepulangannya.  Tanggal 5 Agustus, dia kirim barang. Lantas saya komen, "Benar-benar pulang sebelum saya datang." Dia jawab, "Lihat nanti." Taraaa, 'lihat nanti' katanya itu, ternyata hari ini. Mas nya pulang tanggal 6 Agustus. 14.53 saya komen di grup kesayangan. Dan belum ada yang merespon sampai jam 15.36, padahal ada yang baca, kesayangan Hanna dan kesayangan Yaya. Ya, mungkin perpisahan tidak untuk diumbar dan diperbincangkan. Tidak apa. Saya nangis, auto. Dasar cengeng. Gundu , di hati. Terserah orang baik dalam menganggap. Saya terimakasih atas semua pelajaran, arahan, dan perhatian selama di rantau. Saya merasakan cinta yang terbalas. Dan saya berhasil keras kepala dengan rasa itu. Masih saja terawat rasa suka, yang kuanggap cinta, sampai saat i

Buya Nursamad Kamba Memandang 'Niat' dalam Diri Seorang Hamba

Gambar
Awalnya, saya berpikir tengah-tengah setelah menekuni atau masuk dalam lingkar tasawuf. Berawal dari jurusan Tasawuf Psikoterapi. Saya meyakini bahwa kebaikan keburukan adalah absurd. Dalam arti, tidak ada yang tahu pasti tentang baik-buruk akan suatu hal. Namun pikiran kerdil saya, terjawab setelah membaca buku Buya Kamba, Kids Zaman Now. Memosisikan Niat dalam Konteks Tauhid (halaman 158-171) Niat adalah akar atau tonggak dari segala perbuatan. Sehingga bisa disebut, bahwa niat merupakan penentu aksi atau tindakan nyata selanjutnya. "Perbuatan apapun bergantung niatnya", seringkali menjumpai kalimat itu. Niat--kembali kepada pribadi masing-masing, pribadi seorang hamba. Lantas blunder, lagi-lagi subjektif, menurut diri seseorang baik maka berlaku baik, namun belum tentu 'baik tersebut' sesuai pandangan orang lain atau kebanyakan orang.  Dari statement awal yang rancu, hemat penulis: setiap orang sekiranya perlu, atau berkenan membaca salah satu referensi untuk memb

Sepucuk Ucap, Ijin #Day 26

Gambar
30 Juli 2020 Hati rasanya gundah, hanya karena dilema pulang ke rumah dari pondok yang jaraknya kurang lebih 7 km saja. Dasar saya.  Meminta sebuah persetujuan, ijin pulang ke Umik suatu hal yang membuat diri saya lemes (lemas). Saya tidak pernah merasakan seperti itu sebelumnya. Ijin yang bukan seperti biasanya. Ijin pada Bunyai, yang telah menerima saya dengan tangan terbuka, menurut saya beliau sangat mengajeni  (menghargai) murid seperti saya yang mungkin belum layak menjadi murid beliau.  "Umik ajeng ijin, Alhamdulillah sampun angsal ijin sangking Mama. Kira-kira pripun? (Umik, mau ijin, Alhamdulillah sudah dapat ijin dari Mama. Kira-kira bagaimana?) ", terbata-bata saya mengucapkan. **  Awalnya tidak diperbolehkan pulang. Karena diutus membuat kue kacang yang hendak dibawa ke Surabaya di acara pernikahan cucu Umik, yang insyaallah Umik satu Minggu tidak berada di pondok. Saya senang, karena kalau saya pulang, seperti tepat waktu. Karena Umik, yang biasa minta teman at

Lupa #Day 25

29 Juli 2020 Saya memberi judul "Lupa", karena kebiasaan yang kurang baik. Tidak tepat waktu dalam menulis. Terakhir di notes 'satu hari satu , satul tulisan', baru sampai tanggal 28 Juli. Saya kira kurang satu tulisan saja. Di hari terakhir, kepulangan dari pondok. Tapi, setelah diruntut. Saya di pondok selama kurang lebih 26 hari, sampai tanggal 30. Walaupun hanya setengah hari, di hari terakhir. Saya kira, cukup 25 hari. Ya, begitulah. Intinya, adakalanya menulis yang tidak disiplin, seperti ini contohnya. Dan saya berusaha, nembeli (mengganti) untuk memenuhi komitmen menulis satu hari satu tulisan di masa pengabdian sesi pertama. Pagi dengan hawa dingin, menusuk tulang. Saya kira, Jepara baru kali ini, menampakkan rasa dinginnya. Bukan dingin, laiknya sikap seseorang. Tapi benar-benar dingin, yang diungkapkan oleh ufuk timur, dengan ditandai surya menyapa. Aktivitas pagi, menemani Yunita. Adik kelas, yang dulu masih kelas 7 Mts. Sekarang, sudah kelas 12 Aliyah. D

Sebisanya, Apapun #Day 24

28 Juli 2020 Di ndalem  atas sedang sibuk dengan oven, perabot dapur serba lux , dan bau yang sedap (butter, coklat, serba kue & roti). Sedangkan di ndalem bawah, dekat koperasi, beberapa santriwati geleput (berkutat) dengan tanah kering yang nempel di kulit kacang. Tiga orang, salah satunya saya menunaikan utusan Umik untuk ngupas kulit kacang (luar). Sepertinya kacang se-plastik besar itu kiriman seseorang. Umik memang sering dapat kiriman, bahan-bahan pokok, hasil tani; kelapa, singkong, dan termasuk kacang tanah. Dengan arahan Umik, agar beberapa santriwati ngupas kulit kacang dan bisa selesai dengan waktu singkat. Kurang lebih dua hari. Di hari sebelumnya, dari jam 4.00 a.m sampai adzan maghrib, dan masih bersisa sedikit. Dilanjutkan hari esoknya. "Melalukan apapun, yang dibisa dan mau. Ini adalah salah beberapa dari ciri pengabdian. Bukan perihal memberikan atau membuat terobosan, tapi dari mulai yang demikian (sama mulia), memenuhi panggilan, membantu, di dalamnya men

True To Do #Day 23

Program yang 'insyaallah' , walaupun baru obrolan Diskusi bersama Mama Sebelum terjadi obrolan yang renyah, diskusi yang membuat saya suka dan mati kutu. Saya setor disimak Baba. Pengalaman yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Saya ngaji satu kebet (halaman), sampai setengah jam atau 20-an menit. Makharijul huruf, alon-alon . Pesan Baba. Ya Allah, padahal belum sempurna hafal. Tapi pas disimak Baba, bisa mengaitkan dari satu ayat ke ayat yang lain. "Bacanya pelan sambil berdzikir, mikir", sesuai syiir Al-Qur'an pesantren Al-Baqoroh Lirboyo. Rasane bungah, matursuwun Baba. "Aku dandani makharijul huruf setelah kuliah, koyo kuwe. Bendino ngaji ngadep guru, durasine 2 jam, 9 sasi lagi lebar, ngatamno ngaji Qur'an. Nek kuwe ngaji alon-alon, Nek dijak cepet podowae iso. Makhraj seng samar, ج  dan ز, د dan ذ. " Dieling-eling, Sa... (Saya memperbaiki makharijul huruf setelah kuliah, seperti kamu. Setiap hari ngaji di hadapan guru selama 2 jam, jadi