Tentang Benak dan Pengabulan Allah
Dini hari, pukul 3.00 a.m saya sudah berada di tempat berbeda. Jogja menyambut kehadiran saya. Lagi, mesin waktu begitu hebatnya. Mengalihkan saya dari satu tempat ke tempat lainnya, barang beberapa jam. Yang jika dirasakan sekejap saja. "Hendak tidur masih di Jepara, dan bangun tidur sudah di Jogja".
Tanpa bayang atau rencana, Allah sudah menggaris nasib saya untuk menyinggahi Pesantren Krapyak Yogyakarta. "Oh ini jawaban". Saya PD dengan doa saya yang dikabulkan-Nya.
"Pingin ya Allah ke Krapyak", "Wah, santri saja bisa diajak oleh Bunda", ungkapan yang hadir di waktu saya mondok dulu. Hanya bernasib 10 bulan saya di pondok dan belum ada jawaban itu. Berlalu saja, dan lupa karena banyak isi dari mesin waktu yang Alhamdulillah membuat diri saya tidak kalut dengan apa itu kenangan. Silih berganti dengan hari dan aktivitas lain.
Allah tidak pernah bercanda dengan pengabulan-Nya. Jawaban itu tersedia dan tinggal timing saja.
Saya suka dengan apa itu baru, terlebih suatu tempat. Di Jogja waktu itu, saya singgah di semacam benteng deket Pesantren Al-Munawwir, melihat apa itu Komplek Hindun dan Anisa, yayasan Ali Maksum, banyak orang lalu lalang dan menyandang Al-Qur'an. Ya Allah, bikin nggrentes seneng. Satu hal, yang menjadikan kebahagiaan itu lengkap, adalah Bait Tahfidz An-Nafisa. Rumah Qur'an yang didiami oleh Ibu Nyai Nafis. Bak istana, istana dengan kelembutan dan ketenangan yang tidak sama dirasakan oleh saya juga orang yang berangkat bersama dengan saya, satu rombongan. Ada rasa, rasa itu! Saya masuk dan hadir. Mas syaa Allah.
Jogja, lagi Jogja. Allah memberikan apa itu 'pernah' dan 'berulangkali' kepada saya. Saya suka.
Malam sebelum mengucapkan selamat tinggal. Singgah saya ke tempat yang tidak asing, juga tidak membosankan. Malioboro! Tempat aneh yang menjadi doi setiap orang yang pelesir ke daerah keraton itu.
Malioboro, 16 Februari 2021
Kamu sepi
Kamu dingin
Masih saja membungkus kenangan dan pasangannya, rindu
Malioboro juga bersahabat dengan covid
Mantap ya
Kursi taman itu, disiapkannya (petugas) dengan pembatas
Dilarang duduk disini
Satu bangku bisa untuk dua orang, sedikit berjarak barang sehasta
Seperti dipersempit
Anda tahu yang aneh?
Tempat terbatas itu, jadi buat duduk pepet-pepetan, lebih pangku-pangkuan
Semua hal, termasuk salah satu di dalamnya adalah Malioboro. Malioboro indah, indah dengan darah hufadznya, juga elok dengan keindahan kecintaan orang-orang kepadanya.
Dokumen Pribadi, Ndalem Ibu Nafis |
Dokumen Pribadi, Titik 0 Km Jogja |
Komentar
Posting Komentar