Gemerlap

Ceritaku mungkin akan sama dalam kurun waktu dua tahun kedepan. Kiranya cukup 365 hari + 365 hari.


Perihal cerita harianku, mengapa aku tidak bisa melepaskan dari alur waktu dan latar suasana, juga latar tempat. (Hahah jadi satu cerita dalam Bahasa Indonesia ni). 

Kalau dibilang pernah ke Jakarta sebelumnya. Aku sudah pernah. Ketika seumuran anak TK, dan kuulang saat aku menempuh S1. Bukan tanpa alasan, aku bisa berkunjung ke pusat ibukota itu. Aku memiliki saudara yang menetap di Jakarta sejak dulu. Alhamdulillah, aku bisa singgah sejenak dari rutinitas atau menyambung silah. Seneng pastinya. Dasar aku, suka jalan dan ketemu hal baru, apalagi seputar 'family time'. 

Sekarang, aku merasakan tinggal di ibukota. Bukan lagi singgah, tapi menetap. Aku punya surat domisili (baru). Aku menikmati ini. 

Sebagian waktuku, kusebut sebagai "Penikmat Jalan Ibukota." Aku mencoba memahami, sebatas inderaku. Sebagian rekaman indraku, Pilu. Sebagian lainnya, 'turu' (khukhu)...

Kulihat jalan ibukota, lebih sering macet. Aku bisa melewati itu. Karena tidak ada pilihan lain. Aku menyaksikan orang ber-jas, pakaian necis, rambut rapih, lengkap dengan aksesoris; tas laptop kulit, mobil berplat merah, meng-komando supir pribadinya.

Masih kulihat, ibukota (ini). Siang tadi, kulihat jambret tak punya malu. Ah, nasibnya pilu. Lari terbirit-birit membawa gawai rampasan. Dia loncat pagar setinggi 2 meter, masih terus lari. Damn, tertangkap lah manusia culas. Sial dirimu, kang... (Aku turut urun perasaan).

...

Baru 1 bulan lebih 3 hari, aku di dalam kehidupan baruku (Yala; dibalik). Rasanya cerita ibukota sudah semrawut dalam benak. Hanya rasa syukurku (yang masih terus kuhidupkan). "Pak, lantas apa yang bisa dibuat pegangan manusia hidup di dunia", tanyaku dengan detak nadi leher yang kaku. Bapak Mu'id tersenyum, meresponku di saat kelas 'Hermeneutik'...

Lapangan Banteng, 18 Maret 2022




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton