Sekali Dayung Demi Luhurnya Pengabdian

Drum knalpot saling bersahutan. Di kala terik semakin memperlihatkan wujudnya. Orang lalu-lalang dengan masing-masing kepentingan diri dan segala konsekuensi yang akan tiba setelahnya.

Bermacam-macam transportasi tumpah ruah, motor, mobil, angkota, bus, KRL atau MRT dengan harmonisnya berjalan berbarengan di kota besar.  Ditumpangi para pemilik atau orang-orang yang memanfaatkan transportasi yang dikelola oleh pemerintah. 

Eits, perlu teman-teman tahu. Pemerintah tidak hanya mengayomi para transportasi, benda tak bernyawa itu. Namun juga mencukupi seluruh kebutuhan setiap manusia yang bernyawa, yaitu 'para awardee'. 

Awardee 'Calon Kader Ulama'

Awardee yang menimba ilmu di metropolitan. Segerombolan awardee menaiki transportasi umum. Berangkat layaknya anak sekolah, yang dijemput bus sekolah. 

Sebut saja, Kita. Kita termasuk diantara kendaraan yang tumpah ruah di jalan. Tanpa ada niat neko-neko, kita duduk manis menghadap lurus tanpa ujung di atas bus sekolah. 

Calon kader ulama ini disebut berulang kali oleh Imam Besar Masjid Istiqlal. Kader yang akan menjadi penggerak moderasi dan melayani umat. "Kita sebagai kader ulama, 'memakmurkan masjid' dengan menjadi pelayan para jamaah", pesan dari Kalam hikmah Bapak Imam Besar.

Imam Besar Masjid Istiqlal menggaungkan pesan yang begitu dalam, tepat di momen ulang tahun Masjid Istiqlal yang ke-44. Hari itu, 22 Februari 2022, santer di media bahwa hari itu tanggal cantik, "22-02-2022". Kemudian ditanya oleh netizen, "Spill dong di tanggal cantik itu?"

Saya juga tertarik dengan obrolan para pen-spill momen mereka. Hari Selasa, 22-02-2022 calon kader ulama yang berkesempatan mengikuti Pendidikan Kader Ulama-Masjid Istiqlal itu, resmi dilantik menjadi kader #Angkatan 1. 

"Subhanallah wal hamdulillah.., wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah. Jika ini pengabulan 'krenteg hati' rasanya hanya saya dan Allah yang tahu. Namun rasa yang bahagia ini, saya patri untuk menjadi awal dan juga pengingat (di waktu apapun) bahwa, saya menjadi pelayan sejati. Pengabdi, 'abd, lekat pada diri saya", ujung kelopak mata kanan saya tak bisa berbohong.

Betul, semua rangkaian acara adalah formalitas. Esensi dan rasa itu yang tidak bisa dirasakan, melainkan hati yang tahu. Formalitas setelahnya adalah rasa syukur bisa berjumpa, berjabat tangan, berjejer untuk dokumentasi bersama Bapak Dwi Larso (Dirut LPDP) dan Prof. Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal, seperti serat yang tertuang di paragraf atas). Asik sekali rasanya.

Awardee Pendidikan Kader Ulama Perempuan-Masjid Istiqlal

Awardee Pendidikan Kader Ulama-Masjid Istiqlal

'Satu kali dayung, dua tiga pulau terlampaui', peribahasa lama yang masih relevan bagi saya. Di hari itu pula, saya kali pertama bertemu Ibunda Ning Hindun Anisah. Ibu Nyai saya, guru, orang tua, pembimbing kehidupan saya selepas Bapak dan Ibu. 

Jika menarik ke belakang, saya bisa menimba ilmu (kuliah), karena mendapat arahan dari beliau. Secara formalnya, dengan goresan pena dari tangan beliau dalam surat rekomendasi membawa saya untuk sampai ke titik ini. Ketika saya belajar di Bandung, jeda untuk mengawali (membangun pondasi) di Bangsri-Jepara, dan bisa merantau lagi ke Jakarta saat ini.

"Aku wes neng Jakarta, dolan neng Jakarta wae", tutur beliau saat saya pamit di hari terakhir di Bangsri. Lalu, besoknya saya pergi.

Dua minggu berlalu di Jakarta, saya bisa singgah-sungkem di kantor Bunda. Perjalanan masih berlanjut, saya mengantarkan beliau ke Rumah Sehat untuk check up kesehatan. Waktu beranjak petang, saya masih satu meja makan bersama beliau. Sampai malam, saya turun dari mobil dinas beliau. Beliau yang mengantarkan kita (saya bersama teman kamar, waktu itu) persis di depan gerbang Pondok Najda. 

Bersama Bunda di tempat makan daerah Senayan

Saya termasuk bagian yang disebut 'Kader Ulama', memiliki niat, usaha yang hanya bisa terlihat dalam tindakan. Begitupun, 23 teman saya. Kita yang setiap pagi menikmati jalanan ibu kota dan bisingnya nafsu manusia, berbunyi 'Tettt, teeett, tet yet teeeeett. Manusia dengan jaguar masing-masing ingin mencapai tempat kerja dengan waktu yang paling cepat. 

Sekolah, menuntut ilmu, mengambil atau menerima ilmu yang dibagi oleh orang hebat, sabar hati, berat hati, sorak sorai, Isak tangis. Semua nampak saat proses dalam hidup masih terus berjalan. Salah satunya dalam bingkai Beasiswa Pendidikan LPDP dan Pendidikan Kader Ulama-Masjid Istiqlal. 

'Kami berusaha membimbing diri untuk semakin mengenali diri, tiada tujuan lain selain saling berbagi', Aamiin...

Batin apapun yang baik-baik saja. [Raffles Hotel, Kuningan pada Selasa, 1 Maret 2022]



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton