RIBATH MICASA

Ibu Nyai Nana adalah Bu Nyai yang tidak pernah absen memberi pesan yang penuh makna kepada seluruh santrinya. Saya mengenal beliau sejak kurang lebih sepuluh bulan yang lalu. Saya merasa senang dan lega dipertemukan dengan beliau. Senang karena beliau adalah karib dari Ibu Nyai Hindun, merasa lega karena mendapat tempat yang tepat untuk tetap nderes Qur'an.


Saya ingin sekali bertanya pada beliau, Gimana kalau saya nderes juz yang sampun kulo pegang sebelumnya? Mboten nambah riyen. Saya takut tanya, saya merasa belum rajin nderes, tapi sudah banyak tanya. Akhirnya saya coba melepaskan pertanyaan itu. Coba istiqomah dulu, yakin dengan keputusan untuk nyekeli yang sudah dihafal.


Hari dimana jawaban itu hadir tanpa saya bertanya,

"Kiyai Tasim (Pandanaran) ngendikan, Nek khatam alhamdulillah. Nek ora ya opo seng wes kok oleh, juz seng wes diapalne yo kuwi seng dicekel, di deres, dibaleni"

(Kiyai Tasim mengungkapkan, Kalau khatam atau selesai 30 juz, alhamdulillah. Jika belum mampu, berarti mengulang-ulang apa yang sudah dihafalkan, dideres terus)


"Wong arep khatamke Qur'an, sedangkan isih enom, akeh tanggung jawab, akeh kegiatane, yo musti abot tantangane. mulane tetep ngaji opo seng wes dioleh. Ngapalne Qur'an kuwi sepanjang masa-sepanjang hidup. Nek oleh akeh, tapi mrutul kabeh. Qur'an iso duko."

(Menghatamkan Al-Qur'an itu tidak mudah. Apalagi masih muda, banyak tanggung jawab, banyak kegiatan, itu tantangan yang berat. Jadi yang harus tetap diupayakan itu muroja'ah, diulang terus apa yang sudah didapat. Menghafalkan Al-Qur'an itu selama hidup. Tidak pas juga, jika hafal banyak tapi tidak ada yang mutqin (menetap diingatan), Qur'an bisa marah).


Bunda mengutarakan, sekalipun Bunda, beliau ndadani atau memperbaiki. Bukan yang hafal tanpa ada salah. Apalagi kami? "Bentuk dari niat tidak meninggalkan Qur'an adalah tidak meningglakan deresan, diusahakan disimak guru".


Di tempat rantau ini, saya belum banyak cerita tentang satu ruang ini, Ribath Micasa. Disana masih ada teman-teman yang sama rasa dalam berjuang dan tidak lain adalah sosok guru yang menjadi panutan. Saya masih merasa nyaman dan aman, salah satunya adalah adanya koneksi atau silah ini. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton