Produk Gendhis's Sampai Mesir

Gendhis'-gendhis'ku alhamdulillah sudah sampai Mesir. Gendhis' adalah panggilan untuk produk yang menjadi usahaku. Sebetulnya tidak wujud barangnya ya, niatku mau kujadikan nama atau branding dari bisnisku. Intinya dan sudah lazim diketahui pemirsaku (hehe), Gendhis' adalah produk usahaku.


Gendhis' itu brand dari kain tenun Jepara yang aku jual. Aku sebetulnya jadi reseller. Menurutku menjadi reseller itu ga berat, ga perlu punya produk sendiri, ga perlu punya toko, ga produksi sendiri, intinya ga repot, dan untungnya juga ga sedikit loh. Aku sempet lihat di reels tentang omset penjualan reseller yang kadang diremehkan, dibilang untung sedikit. Jangan buru-buru menyimpulkan gitu dong. Salah satu yang kulihat adalah produk fashion yang memiliki harga reseller 62 ribu dan dijual dengan harga 96 ribu (hitungannya per picis yah). Bisa dihitung kan berapa untungnya? Jika tekun, penjualannya bisa lusin-an, tinggal hitung saja untung dan balik modalnya.

Kalau aku sendiri, memulai usaha jadi reseller itu ketika mengabdi di pondok. Aku penasaran dengan usaha seorang reseller produk. Aku merasa usaha yang tidak ribet, apalagi posisiku sedang mengajar dan mukim di pesantren. Aku memulai dengan menjual kain tenun dari temanku, yang kupanggil sebagai bos. Ibaratnya aku sama sekali tidak menyentuh barang yang aku jual, karena aku cukup memposting produk dan saat ada yang tertarik kemudian membeli, maka aku sampaikan ke bosku dengan memberi alamat lengkap penerima. Setelah itu, rangkaian proses packing dan pengiriman dilakukan langsung oleh bosku (tangan pertama dari produsen). Setelah itu, baru transaksi diantara pembeli-reseller-penjual tangan pertama, inipun bisa dilakukan secara maya. Menguntungkan kan? Aku yang tidak muluk-muluk berpikir omset dulu, aku mau memulai usaha itu menyenangkan, plus dapat pemasukan buat tabungan atau self reward haha.

Usaha itu butuh dimulai saja gais. Tapi aku juga mau berbagi kisah dibalik usaha kain tenun itu. Barangkali ada yang bertanya, 'kenapa memilih kain tenun sebagai usaha?'. Aku sendiri menyukai kain troso. Aku yang punya ketertarikan bidang seni, mantan seorang yang memimpikan studi sekolah seni tekstil dan batik uhuk, dan  kecintaanku dengan budaya Indonesia, membuat aku ringan tangan jika harus posting, meskipun orang yang melihat hanya tertarik-tidak sampai membeli. Soalnya gais, aku merasakan dan juga dapat pengalaman orang yang enggan usaha khawatir karena tidak payu (laku). Makanya aku mengambil alasan memulai usaha adalah berkaitan dengan hal yang aku suka. Nah, ketika ketemu tenun troso yang jadi kekayaan produk Indonesia, aku merasa tepat dan tidak apa-apa jika usahaku nanti tidak langsung laku.

Setelah menentukan usaha yang kita pilih, kita juga harus memperhitungkan modal dan untung. Bagaimanapun usaha itu untuk mendatangkan income. Aku menyepakati mengambil untung dari sebuah produk kisaran 30-40% dari harga asal produk. Aku meng-ATM cara ambil untung tersebut dari peniaga yang berseliweran di sosial media. Selain itu, aku juga pernah dapat pengalaman jika ngobrol dengan ibu-ibu, keuntungan bisa jadi 100%. Wow. Tapi ingat ya gais, kita pasti punya tujuan dalam usaha atau bisnis itu tidak hanya keuntungan pribadi. Mungkin saja yang menjual dua kali lipat punya sistem harga boleh ditawar. Aku pernah menjumpai saat belanja di pasar, ternyata bisa ditawar mendekati 50 % dari harga yang ditawarkan. Artinya, bisa saja keuntungan itu 100 % dari harga barang. Ini beda cerita lagi ya, skill pembeli di sini sangat diperlukan. Oot saja, untuk tipe aku yang saat beli tidak pandai menawar, ini membuatku berjualan juga bukan dengan harga tawaran. Aku suka membeli harga pas dan menjual dengan harga pas, malah mending memberi diskon di hari tertentu atau momen tertentu. Jadi, keuntungan 30-40 % itu cocok untuk pengusaha pemula sepertiku. Asal konsisten ya gais. Apa-apa kalau konsisten itu hasilnya juga konsisten, ga anjlok atau ga terlalu tinggi.

Setelah memulai usaha sekitar dua tahun lalu, ternyata aku belum 100 % menekuninya lantaran aku memperioritaskan lanjut studi. Selesai mengabdi Januari 2022, aku melanjutkan studi magister Februari 2022. Selama studi ini aku tidak posting barang jualanku. Tapi, aku tidak merasa dia (usahaku) hilang. Mungkin itu ya, yang disebut suka, rasanya masih saja ada. Haha. Aku masih berprasangka baik. Nanti setelah lulus, aku lebih memilih usaha jika dibanding dengan akademisi. Aku lebih bahagia lagi menjadi penulis dan menekuni bisnis. Aamiin.

Januari 2024, aku mendapat rejeki. Gendhis' kembali dilirik pembeli. Aku juga meyakini, rejeki itu tidak akan kemana. Yakin aja sama Allah. Suatu hari, teman seangkatan kuliahku menanyakan kain tenun yang pernah kupost sekali saat ada teman yang membeli di saat aku kuliah saat ini. Aku lupa awal temanku tau. Intinya sekali itu, membuat temanku yang lain sadar kalau aku punya usaha kain troso. Beriringan dengan diskusi, tanya, tertarik, mempertimbangkan, akhirnya 28 pcs deal dipesan. Alhamdulillah, wow pencapaian yang bagus buat usaha tipe reseller sepertiku ini. Rasa senang plus bersyukur ini diliputi dengan harapan baik, karena kain Gendhis'ku dibeli untuk hadiah dosen-dosen Universitas Al-Azhar Mesir. Jika dikaitkan dengan pengalaman pribadi, Maa syaa Allah, meskipun rasanya jauh sekali aku bisa studi di sana, melalui teman-temanku yang kuliah dan punya relasi di sana-lah, aku nunut lewat kain-kain yang dibeli mereka dariku. Pokoe tambah keapikan saking Gusti Allah. Aamiin.

Selamat mengudara dan sampai di Bumi Mesir, ucap temanku di story WA. Aku membaca tulisan (caption) itu aja seneng. Hari ini (19/1), ke-28 kain-kain cantik khas Indonesia itu sampai di negeri Kinanah. Tinggal menunggu giliran sampai kepada empunya, beliau sosok-sosok hebat dan 'alim.

Gimana San, lanjut usaha ini? Butuh modifikasi san, ruang literasi dan toko buku misal. Aamiin, Aamiin, Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton