Resolusi Tahun Baru 2024: Datang Ke Dokter Gigi

Buku Abi Quraish Shihab yang berjudul "Islam & Lingkungan". Ada kata 'imun' sebagai kata sifat.


Resolusi: Take Action!

Tanggal 3 Januari termasuk tanggal yang kugadang-gadang sebagai grand opening tahun baru 2024-ku. Tanggal ini sudah aku rilis sejak tanggal 25 Desember 2023. Apakah agenda di tanggal 3 Januari itu? Aku mendaftar ke klinik gigi untuk tambal gigi. Resolusi nyata ini menurutku tepat sasaran dilakukan di tahun baru, karena tidak muluk-muluk dan langsung take action.


Disclaimer tentang tambal gigi ini adalah pesan yang diucapkan dokter gigi saat aku scaling tahun lalu. Aku baru sadar, ternyata sudah satu tahun berlalu checkup gigi yang aku lakukan. Padahal dokternya bilang seminggu lagi balik setelah scaling, sudah bisa tambal gigi dan tidak disarankan ditunda sebelum tambah lebar atau malah tinggal akarnya saja, nanti tambah sulit dan sakit saat harus ditindak.


Proses reservasi ke dokter gigi kali ini berbeda, meskipun klinik yang kukunjungi sama lokasi dengan scaling. Waktu pertama scaling, aku daftar manual dan datang di klinik untuk mendapat bagian nomor antrean. Sekarang tidak lagi siapa cepat dia dapat, tapi lebih tertib, yaitu diawali dengan daftar via wa. Aku reservasi di Desember untuk jadwal tindakan di bulan Januari. Jadi ketika aku datang ke klinik, namaku sudah terdaftar di bagian administratornya.

 

Ada Apa di Awal Tahun 2024 Kalian?

Aku sengaja melihat stori Whatsapp di momen tahun baru 2024 ini. Seru sekali! Ada yang pulang kampung bareng keluarga, BBQ-an bersama teman-teman dekat, menonton kembang api di pusat kota, membuat konten dengan beragamnya pesan yang disampaikan: recap satu tahun ke belakang atau kalimat harapan di tahun 2024, “melanjutkan hal yang baik dari tahun sebelumnya dan membuat hal baru yang lebih baik lagi di tahun yang akan datang.”


Semuanya menarik perhatianku. Aku menilainya dalam dua tanda, tanda pertama adalah semakin banyak orang kreatif, memanfaatkan teknologi untuk ngonten di momen tahun baru. Tanda yang kedua, selayaknya fenomena fomo atau budaya ikut-ikutan biar rame, seperti salah satu caption adik pondok “Koyo umume cah enom” artinya ‘seperti umumnya anak muda’ dengan konteks jalan bersama geng-nya di malam tahun baru.


Aku juga memperhatikan thread lainnya di stori Whatsapp, kurang lebih isinya; tahun baru tidak iri dengan orang yang parasnya lebih ganteng, berprestasi, kaya, tapi iri sama orang yang pola hidupnya sehat, makan teratur, tidur cukup, olahraga rutin, dan emosi stabil. Nampaknya resolusi ini juga perlu dipertimbangkan para gen-Z nih. Manifestasi diri itu perlu dan butuh aksi nyata, meskipun sekilas tampak rutinitas di hari-hari biasa. Coba dulu, please!

 

Refleksiku di tahun baru 2024

Aku seneng dan bangga memulai tahun baruku ke dokter gigi. Kalau ingat masa kecil, aku takut ke dokter gigi, apalagi saat sakit gigiku kambuh, aku takut gigiku dicabut. Namun, aku masih selamat dengan memulai sikat gigi sebelum tidur sejak kelas enam. Semenjak itu, aku tidak lagi sakit gigi. Aku merasa menjaga kesehatan gigi sekarang sedang naik kelas, yaitu tidak sebatas habit biasa, melainkan resolusi tahun baru.


Jika ini dikaitkan dengan konten tahun baru Hijriyah, mesti redaksi yang diulang-ulang adalah makna pindah, pindah dari kesalahan sebelumnya ke kesalahan yang setelahnya, eh bukan! Maksudnya, pindah dari kesalahan kepada hal yang benar. Aku setuju dengan memiliki habit yang bagus sebagai pribadi yang lebih baik untuk menandakan pada pergantian tahun baru ini.


Aku mau melanjutkan dan meg-upgrade habit journaling perasaan, menulis plus-minus sebelum mengambil keputusan, makan yang berserat, tambah mencintai air putih, mulai rutin lari pagi di setiap hari Sabtu, dan aku memulai investasi. Sebetulnya banyak ya apa yang telah kita lakukan dan rencanakan. Mungkin kita lalai tidak menunaikan, giliran sudah menunaikan, lupa tidak memberi apresiasi kepada diri sendiri. Susah kan jadinya?


Mungkin aku harus siap-siap jika ditanya diri sendiri atau orang lain, “Apa resolusi tahun 2024?” Aku juga punya anggapan, mungkin ini jawaban yang diharapkan adalah bukan tentang rutinitas harian. Aku jadi harus siap dengan jawaban lain, aku menyebutnya Resolusi Jangka Panjang. Kaya investasi aja ya, “Menggapai tujuan finansial jangka panjang”. Jawabannya adalah menikah dan karir.


Saat memasuki usia ke-26 ini, aku sudah ditawari menikah, dikenalkan dengan beberapa orang tapi belum tepat. Tapi aku sudah memaafkan diri sendiri, pelan-pelan melepas kekalutan, dan aku ingat ucapan teman, “Menikah itu sekali seumur hidup, harus dipertimbangkan dengan matang.” Tapi aku terus memperbaiki doa, menikah itu juga kebahagiaanku, orang tua, dan orang-orang tersayang-sekelilingku.


Perihal karir, pengalaman di minggu ini membuatku sadar kalau mengusahakan karir itu perlu, tapi itu bukan perkara instan. Aku juga sudah melepas rencana setelah lulus hendak bergabung dengan NGO (lihat di sini). Aku bersyukur berdiskusi dengan Ibu Hindun Anisah dan Ibu Nur Rofi’ah saat mempertimbangkan keputusan ini. Salah satu pesan Ibu Nur Rofi’ah, “skala prioritas itu perlu”. Kesimpulannya, prioritasku saat ini adalah tesis, iya kan?


Terlepas dari jangka pendek dan jangka panjang, aku merasa berharga saat bisa mencoba hal baru, yaitu aku mulai pandai make-up, hihi, seneng banget. Selain itu, aku sangat bersyukur pernah berkesempatan ke luar negeri, ke daerah Connecticut. Aku juga merasa lega dan dewasa, bisa merawat pertemanan, memegang prinsip husnudzon, hadir dengan pengalaman yang baru bersama orang yang sama.


Ah, banyak juga yang telah aku lewati. Aku menemukan pesan lagi dari stori Whatsapp, yaitu Q.S Al-Isra’ (17):8

عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يَّرْحَمَكُمْۚ وَاِنْ عُدْتُّمْ عُدْنَاۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ حَصِيْرًا

        “Mudah-mudahan Tuhanmu melimpahkan Rahmat kepadamu. Akan tetapi, jika kamu kembali (melakukan kejahatan), niscaya Kami kembali mengazabmu. Kami jadikan (neraka) Jahanam sebagai penjara bagi orang-orang kafir.”


Maksud dari ayat di atas adalah Allah Maha Pengasih dan tidak akan menutup Rahmat-Nya kepada siapapun yang mau bertaubat. Allah menyatakan “Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan Rahmat kepadamu, setelah kali yang kedua kejahatan yang kamu lakukan, dan kamu sungguh-sungguh bertaubat kepada Allah; tetapi jika kamu kembali kepada kedurhakaan, niscaya Kami kembali mengazabmu di dunia dan kelak di akhirat.


M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah mengatakan dan menekankan pada kata رَبُّكُمْ yang berarti ‘Tuhan Kamu’ sebagai persona ketiga. Redaksi setelahnya dan sebelumnya menggunakan kata ganti ‘Kami’. Kami mengandung arti terdapat campur tangan pihak lain selain Allah. Di sini jelas bahwa Allah adalah satu-satunya pemberi Rahmat kepada hamba-Nya.


Allah akan terus memberikan Rahmat dan perlindungan kepada hamba selama mereka mengikuti fitrah kebaikan. Allah akan menjauhkan Rahmat-Nya jika manusia mulai jauh dari fitrah. Namun perlu diketahui bahwa Allah akan memberikan pintu taubat kepada hamba yang benar-benar meninggalkan perbuatan jahat sebelumnya.


Dari penafsiran dan juga konteks seorang pribadi yang merayakan tahun baru, boleh jadi menangkap pesan yang esensial dari ayat tersebut. Sebagai manusia senantiasa mendekat pada kebaikan sebagai fitrah dalam dirinya, sehingga dari perilaku tersebut manusia tidak akan lepas dan selalu mengharapkan Rahmat dari Allah Swt. Mantep banget sih, jika membingkai resolusi tahun baru dengan mengharap Rahmat Allah. Wallahu A’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton