Laki-laki (memang) Istimewa


Apa saja sihh, keistimewaan laki-laki?  Kira-kira tulisan berikut ini sesuai atau kurang atau lebih? Mari simak yuu,, Cowok itu,
Santri Nusantara
 
1.      Perhatian
Mungkin penulis memberi contoh sedikit khusus. Sebenarnya laki-laki itu memperhatikan setiap lenggak-lenggok (jalan) perempuan. Ya sebuah kewajaran, jika yang dilihat oleh laki-laki adalah paras perempuan. Perempuan kalau udah tahu kewajaran demikian, tak perlu risau ya.  Kita (perempuan) yang harus jaga sendiri, ya mengantisispasi. Contoh perhatian yang lain, laki-laki yang membantu membawakan tas (mungkin berat) perempuan. Ada lagi, laki-laki mengontrol jadwal makan si perempuan, “sudah makan?”, dan sejenisnya. Ya, memang tidak semua laki-laki seperti ini, uraian ini hanya dalam batas normal dan jangkauan obrolan perempuan, yang kurang lebih 10 orang, surveyor: penulis.

2.      Penyayang
Ini so pasti. Yang utama dan pertama, adalah laki-laki yang bergelar ‘Ayah’. Terlepas dari gelar ayah, tapi laki-laki memang dianugerahi Tuhan (Allah) rasa sayang lebih, dan hendaknya ingin dibagi ke semua (sesama/satu sama lain). Contoh kecil, laki-laki suka memuji. Kata indah yang cenderung disukai oleh kaum perempuan, inilah bukti rasa sayang mereka. Ayah kepada anak, suami kepada istrinya, calon suami kepada calon istri, eh,. Atau dengan pelukan (rengkuhannya) itu bukti sayang laki-laki pada si perempuan, dan itu melingkupi rasa perhatian, selain itu pelukan menimbulkan kehangatan dan ketenangan. Salah satu meme atau artikel juga menyatakan, ketika perempuan marah maka akan redam dengan pelukan seorang pria, itu bukti sayang yang mungkin bermakna usaha untuk menghindari hal yang negatif, dan menghendaki hal-hal baik (kebaikan), suasana yang dingin (yang butuh kehangatan, eh)  mungkin.


3.      Tanggung Jawab
Tanggung jawab ini hal yang identik dengan laki-laki. Penulis merasakan juga loh, ketika di sekolah ada acara atau merencanakan kegiatan, pasti yang mendominasi itu laki-laki. Ya mungkin ada yang berpendapat itu sepihak, tapi yang dirasakan penulis adalah cenderung dengan tanggung jawab dari laki-laki. Laki-laki lebih tegas, menghendaki semua beres, dan tidak banyak pertimbangan, bukan berarti tanpa pertimbangan, tapi ga ke-banyak-an hehe. Contoh saja, pergi ziarah. Yang memiliki inisiatif adalah laki-laki, jika diterima anggota (sebagaian besar perempuan), selanjutnya mengkonfirmasi keikutsertaan, mempersiapkan kendaraan, plus destinasi. Walaupun pretelannya pasti diserahkan ke perempuan, konsumsi misal, atau minimal komentarnya sarannya.  Dan jika sudah di hari H, rasa tanggung jawab mereka akan keselamatan perempuan itu dirasakan oleh saya, sebagai perempuan. Ya, selengkapnya mungkin bisa didefiniskan lebih dalam oleh pasangan (yang shah) dan sudah membina rumah tangga, Ibu-Bapak saya misalkan. Dan saya menilai ‘beliau-beliau’, bapak sangat tanggung jawab atas keluarga yang dipimpinnya. Terutama jika memutuskan perkara yang bersangkutan dengan anak, melanjutkan sekolah misal, pendapat bapak menjadi pertimbangan utama setelah keinginan dan kemampuan anak. Tanggung jawabnya dibuktikan dengan pertimbangan jangka panjang yang sudah terpikirkan


4.      Ga tega-an
Dan ini lagi, bapak saya menyatakan sendiri. Ga suka kalau melihat berita tentang anak yang sakit, dan dirawat, apalagi sudah dalam keadaan darurat. Dan ada salah satu teman saya, bilang “Saya ga bisa kalau melihat perempuan nangis. Ga tega, kasihan”. Setelah itu, laki-laki mencoba mengerti perempuan dan menanyakan apa yang sebenarnya diinginkan si perempuan. Contoh ga-taga-an lain, ketika perempuan berangkat sendiri, di malam hari, dalam gelap, tiba-tiba laki-laki khawatir, dan menawarkan atau auto akan menemani. 


5.      Istiqomah
Istiqomah ini bisa berarti banyak hal. jika laki-laki, istiqomah dengan satu hal yang sedang dihadapi. Tapi sepertinya tidak, jika berbicara ‘istiqomah’ laki-laki pada satu perempuan. Tapi dia (laki-laki) tetap ‘tanggung jawab’ atas satu perempuan itu. Menurut penulis, poin penting istiqomah dengan “jalanin aja”, yang menjadi jargon utama kaum laki-laki. Hehe. Iya itulah keseriusan laki-laki, serius menurutnya berarti proses (menjalani). Dan insyaAllah akan berakhir atau berganti istilah istiqomah ketika laki-laki sudah bersatu dengan perempuan, yang halal. Istiqomah dalam menjalani rumah tangganya, mencari nafkah. Berat loh broh tanggung jawab laki-laki tuu.

Laki-laki memang istimewa dengan segala kelebihannya. Kelebihan yang sebenarnya jangan terlalu diseriusin perempuan. Serius di sini adalah tuntutan yang selalu dilontarkan oleh perempuan. Justeru tuntutan itu yang akan membuat berat laki-laki dan bergantungnya perempuan pada si laki-laki, seolah-olah hanya itu yang menjadi tujuan hidup si perempuan.. Duh capek gurls. Dan akhirnya bilang tersakiti. Eits, itu karena kita sendiri loh. Sakit hati karena ulah kita, sodari sekalian. Selama kita merasa bahagia, dengan segala perhatian laki-laki, dan menjaga perhatian itu, ya oke oke aja. Ya dinikmati belajar itu. Berbeda lagi kalau sudah menuntut kepastian, beuh capek kalau yang laki-lakinya belum bilang siap dan datang ke  rumah menemui bapak-ibu kita, sodari sekalian.

Ini peringatan untuk semua saja ya, tepatnya sudut pandang penulis lah. Laki-laki akan bilang siap kalau dia udah merasa siap, lahir dan batin. Dia pasti datang, menemui dan menyanggupi, dia akan bilang tanpa kita meminta atau menyuruh. Kalau memang berniat mencari teman hidup, bukan sekedar teman chat. Hehe

Adapun keistimewaan perempuan, tepatnya tugas sih. Ya, membentengi diri, berprinsip sebagai seorang perempuan, tidak mudah terbuai, dan terpaku dengan tuntutan sendiri. Masa hanya terpaku pada laki-laki itu, ingat kita ada bapak, atau pesan-pesan dari beliau, atau rasa hormat terhadap beliau, jadi ga bikin kita saklek dengan satu cowo yang sodari anggap jodoh dari Tuhan.  Dan kita punya Allah, Tuhan. Tuhan memberi batasan dan kita tahu batasan itu, baik-dan buruk. Sepertinya masih seputar penerimaan, arti kehidupan, dan belajar terus belajar. Dan buat laki-laki juga, bersyukur dan keistimewan itu sungguh luar biasa anugerah Tuhan. Tapi ingat tanggung jawab (laki-laki) itu akan dipertanggung jawabkan cepat atau lambat (untuk meminang), dan pasti keistimewaan itu akan muncul dan bertahan selama mengistimewakan perempuan, ya tepatnya anak kepada Ibu, suami kepada isteri, dan antar sesama manusia. poin utama itu, sesama manusia dan akan mengenal gelar atau tingkatan, ibu, isteri, dan perempuan lainnya.

Source: ntb.kemenag.co.id
Jadi, penulis menganggap luar biasa, jika perempuan dan laki-laki bersatu dalam hubungan yang shah, dan diniatkan ibadah. Menyatukan istiqomah “jalanin aja, kata laki-laki”, dan istiqomah ‘tuntutan akan ungkapan “jalanin aja” oleh si perempuan’. Oke cukup lah gais, yang menjadi inti dari tulisan dan kehidupan ini adalah belajar dan perbaiki diri. Ayo laki-laki dan perempuan, menghabiskan waktu untuk mempersiapkan diri, memantaskan diri, memperbaiki diri. Pasalnya, yang belajar, yang mendapatkan baik, buruk adalah diri kita sendiri. Kata Bu Nyai di pesantren, pasangan yang kita harapkan bukan bergantung pada mereka yang diharapkan, yang belum jelas adanya itu. Namun  berdasarkan diri kita. Pasangan kita insyaAllah cerminan dari diri kita. Soleh insyaAllah pasangannya solehah, dan sebaliknya. Jadi kita sudah solehah atau soleh belum? Sehingga kita pantas mendapatkan yang soleh atau solehah itu. Semoga harapan dan usaha kita, laki-laki dan perempuan hashil maqsud.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton