Day One

(Hai, selamat siang. Sekarang waktu asar, di daerah Jepara. Saya punya cerita, cerita yang tentunya belum saya dapati sebelumnya)

 

Saya akan bercerita dengan tajuk 10 hari bercerita

 

Saya saat ini dan nanti harus selalu bersyukur. Saya diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan lagi, jenjang yang lebih tinggi. Saya mantap mengikuti LPDP yang bekerjasama dengan PKU-MI (Program Kader Ulama-Masjid Istiqlal). Setelah melewati proses beberapa tes, saya mendapat pengumuman “Saya diterima di PTIQ lewat jalur PKU-MI” tersebut.

 

Saya yang awalnya hanya bermimpi dan membatin, “Senang sepertinya bisa ikut LPDP, sekolah lagi”. Batin yang berucap, ya sudah, lewat. Saya awalnya berpikir berat untuk ikut LPDP, dari toefle yang diikuti 2019 lalu, tidak mudahnya ijin di pesantren (bukan sulit, hanya perlu dipertimbangkan, dan tau tanggung jawab) saat (nafsu) ingin S2, masih dihantui pikiran, ‘ah jauh itu mah’.

 

Cerita batin yang sudah lupa itu, diganti dengan cerita nyata sekarang. Hari ini, 24 Januari, saya mengikuti prosesi PK (Persiapan Keberangkatan) LPDP. Proses yang hanya dilalui oleh awardee (penerima beasiswa LPDP) sebelum menjalani perkuliahan.

 

Acara hari ini, termasuk pada acara sebelum pembukaan PK. Anggap saja persiapan untuk gladi resik pembukaan PK besok (25 Januari 2022). Saya tertawa dengan ice breaking yang disembahkan, saya merespon apa yang telah disiapkan oleh tim-tim, salah satunya ‘perkenalan’ di dalam kelompok juga angkatan. Namun, ada hal yang tidak tampak. ‘Sebuah Rasa’, jika diungkapkan adalah senang, namun yang terdalam adalah Syukur.

 

Syukur,

Saya bertemu orang hebat, saya bersama orang berilmu, saya dapat hal baru, saya sekarang tidak lagi mimpi, lebih dari itu. “Meskipun acara ini biasa saja, seperti seminar yang anda ikuti. Namun semua adalah bagaimana rasa dari dalam diri anda, bahwasannya memaknai persiapan PK dan PK nanti, adalah untuk tonggak (kokoh) sebelum ke daerah atau universitas tujuan”, Mas Mukhlis Gumilar (Pengawas PK-179 dari LPDP)

 

Melihat dan tau bahwasannya ini agenda online, seru-seruan, terkendala jaringa. Namun ada rasa atau ego yang ditanggalkan, ego seorang dokter, ego seorang perwira, ego dosen, ASN kementerian atau ego ASN daerah. Kesemua diganti dengan nurani, semua duduk dan menghadap layar, bertemu virtual, sama rata dalam PK-179 (menanamkan rasa pengabdi sejati).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton