“Transformasi Generasi Muda (Kiat Memahami Diri Sendiri)”

 PK #Day9 bersama Ibu Analisa Widyaningrum, dimoderatori oleh Hentri W; IT: Mas Mukhlis

Ibu Analisa: psikolog, pendiri Analisa Personality Development Center (APDC)

Foto dari Karina Rahmi PK-179

 

Hal yang bisa dilakukan untuk diri sendiri dan orang lain,
  1.  Kita harus mengupayakan untuk memiliki manajemen waktu yang baik, sehingga tau, kapan kita harus start, kita sprint, dan kita berhenti sejenak. Selain manajemen waktu, tentu kita harus memiliki kepercayaan diri. Bisa dicontohkan, 'ketika memiliki waktu sekian jam, saya mampu melakukan sesuatu itu, dan saya yakin selesai sesuai waktu tersebut'.   
  2.  Kita adalah pengendali diri kita. Dalam arti, kita yang mampu memilih; semangat atau menyerah. Kita juga bisa bangkit, ketika kita dalam posisi lemah. Disamping itu, kita sebagai pengendali adalah dalam merespon orang lain. Kita bisa mengendalikan diri saat orang lain mencibir, kita bisa berterima kasih saat orang menolong diri kita. Sehingga, ada hal yang di luar kendali kita, yaitu bagaimana orang lain terhadap kita. Misalkan seseorang mau menolong kita atau tidak, mereka mencibir atau tidak. Yang terpenting, berawal dari diri kita, think positively. Hal ini bisa didukung premis, jika kita menanam, maka akan menuai hasilnya). Hal ini relate-“Jika kita menanam kebaikan, maka akan menuai kebaikan, dan sebaliknya”. Disamping hukum kausalitas tersebut, hal pokok “Kita yang mengendalikan diri kita, yatu memilih ‘melakukan kebaikan’.
  3.  Kita memiliki spirit. Jika dalam hidup masih memiliki spirit, maka hidup akan terus berproses. Jika sampai pada kata spiritual yaitu semangat (will being), kita masih memiliki harapn hidup. Sehingga seseorang yang memiliki spiritual yang tinggi maka bisa melalui komunikasi dengan baik, kualitas hidup yang baik. Saat hidup penuh spirit, jangan sampai melewatkan opportunity--dibarengi dengan mental building dengan baik).
  4. Kita memiliki dan memberi privilege, saat networking dan adaptasi bisa dilalui dengan baik. Ini memiliki kaitan “hubungan antar sesama manusia”. Menghadapi orang lain yang belum kokoh dalam dirinya. Orang lain belum bisa menemukan tujuan dalam hidupnya, dipenuhi dengan sisi negatif, tidak ada harapan hidup. Maka sikap seorang teman atau lawan bicara, konselor, terimalah dia, tanpa syarat. Jika kita mampu menghadapi tekanan, kita bisa menemukan solusi, keluar dari masalah, adalah wajar atau ‘memang seperti itu’. Namun ada yang tidak demikian. Ingat! Seseorang memiliki porsi masing-masing, bisa jadi dia menghadapi tekanan dia akan menjadi seseorang yang gagal. Kita cukup menjadi seseorang yang mampu menemani, dicurhati. Orang yang dalam keadaan paling terpuruk; dia bertahan dulu, belum pada tahap solve problem. Sebagai kunci (apapun), “Menerima diri dan lingkungan (orang lain), tanpa syarat. Setelah itu bisa straight di tahap selanjutnya”.
  5.   Sesi III, bersama Bapak Buntoro--Just, I was lucky

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton