US Embassy & Story Empat Hari yang Penuh dengan Ujub-ujub

22 Agustus 2022

Grup WA yang diberi judul “Jalan-jalan Ke Kedutaan Amerika” muncul di urutan teratas dari room chat WA saya. Grup ini dibuat untuk kemudahan komunikasi, ujar salah satu teman saya yang juga penghuni grup WA baru tersebut.


Grup WA tersebut memang betul bersifat memudahkan. Tepatnya memudahkan saya (eh kami) dalam ber-sambat. Bagaimana tidak? Kabar yang sampai ke kami di tanggal 22 yaitu utusan manajer Pendidikan Kader Ulama Perempuan. Beliau menyampaikan jika akan ada pertemuan mahasiswa PKUP (Pendidikan Kader Ulama Perempuan) Masjid Istiqlal dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat (US Embassy) pada tanggal 26 Agustus 2022. Mulai saat inilah deg-deg-an itu hadir.


Dipersiapkan dengan matang yang berkaitan dengan PKUP. Kalian tanpa saya dan juga tanpa translator. Ucapan Ibu Manajer yang membuat overthinking sampai 4 hari ke depan.


Tanggal 22 akan menjadi hari yang sulit dilupakan. Kabar mengejutkan di atas belum cukup menggempur mental kami ternyata. Ada pesan masuk di grup PKUP (grup kelas). Tanggal 24 nanti akan ada Multaqa bersama Habib Ali Zainal Abidin. Mahasiswa PKUP yang sudah di Jakarta diminta stand by sebagai resepsionis, menyambut tamu-tamu undangan. Mereka tamu undangan terdiri dari VVIP dan VIP.


DUAARRR. Kabar macam apa ini, tidak ada habis-habisnya.“Mba, kami itu tidak dikader jadi ulama. Tapi kami dikader jadi wali”, celetuk teman saya. Cukup membuat terkekeh, menggemaskan pula.


23 Agustus 2022


Saya sangat bersemangat di pagi hari tanggal 23 Agustus 2022. Saya sudah mandi dan wangi. Saya hendak ke Puskesmas Pisangan. Mau ngapain Mba? Aku mau vaksin. Haa, baru mau vaksin? Iya, vaksin booster. Kamu udah? Udahlah, kalau belum booster, ga bisa kemana-mana. (Percakapan saya bareng seorang kawan)


Sebetulnya tanggal 23 saya berencana main ke Pop Art Jakarta yang berlokasi di Senayan Park. EEHHH, AKU DURUNG VAKSIN. Saya tidak bisa masuk Pop Art dong. Soalnya syaratnya harus booster. Itulah penyebab saya memilih menunaikan vaksin sajah.


Ada lagi penguat saya untuk membatalkan niat dolan saya. Teman saya bilang kalau kami sebetulnya butuh waktu untuk mempersiapkan kegiatan di tanggal 26 nanti. DUHH JADI INGET BALADA ITU. Oke baik, saya jadi mantap untuk vaksin. Niat utama adalah agar bisa jalan tanpa hambatan. Alasan kedua adalah itung-itung buat belajar untuk tampil tanggal 26 nanti. 


24 Agustus 2022


Saya sudah siaga di meja resepsionis ruang VVIP Masjid Istiqlal. Saya kemarin berfikir bisa jadi tidak hadir di acara multaqa. Barangkali ada efek samping vaksin. Eh, ternyata aman-aman saja. Hehe alhamdulillah.


Banyaknya kegiatan yang berturut-turut dan juga ujub-ujub ini tidak lantas berat, atau negatif kan? Pengalaman baru, ilmu baru, atau berkah, juga keberuntungan tidak mungkin dikesampingkan. Hanya kadang terdengar suara hati kecil, kudu sambat terus ya Allah.


Saya merasakan syukur yang luar biasa. Saya bisa bertemu Habib Ali Al-Jufry. Saya bertemu beliau, seperti tidak ada sekat. Banyak di lain kesempatan dimana beliau hadir, jamaah begitu berjubel dan antri. Sedangkan kami dapat melihat muru’ ah dan kesehajaan dengan jarak yang dekat.


Masih adakah alasan untuk sambat, San?


25 Agustus 2022


Bangun pagi, saya berusaha menarik ujung bibir saya. ‘Ucapkan A-I-U-E-O’. Saya biasakan untuk mengucap huruf vocal setiap bangun pagi agar mudah tersenyum di hari-hari. Sebagaimana pesan guru Aliyah yang menuturkan demikian. Saya berharap hari ini dan besok penuh dengan senyum yang bertanda bahagia.


Ah, itu hanya sugesti


Hari ini adalah persiapan terakhir sebelum hari besok. Kami berangkat bersama menuju Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami membuat narasi lalu men-translate. Argumen dari masing-masing kami dikompilasi menjadi satu. Terlihat keren bukan? Tentu siap buat besok. Semacam doa baik. Aamiin.


Kami berangkat ke perpustakaan pukul 10 pagi dan meninggalkan perpus pukul 3 sore. Wehh 5 jam belajar nih. Saya mencoba merinci 5 jam itu. Saya mendengarkan diskusi 1,5 jam dengan 20 menit konsentrasi penuh 1 jam 10 menit full cerita (sssttt, konten cerita adalah rahasia kami. wkwk). Setelah itu, saya tersadar akan waktu makan siang. WES BUYARR. Namun saya putuskan salat dhuhur. Selepas salat, hal yang sulit ditolak, tibalah rasa ngantuk. Baik. Akhirnya saya tidur dan bangun pukul 2 siang. Setelah itu, 30 menit saya menyelesaikan narasi. Pukul 2.30 perpustakaan tutup. Perjalanan 30 menit, diisi dengan foto dan berbaris di jajaran anak UIN yang lagi OSPEK. Crowded. Masih ingat senyum tadi pagi? Sesuai tidak senyummu hari ini?


26 Agustus 2022


Malam ini saya telah merekam satu hari ini. Saya dan ber-empat teman saya, Elin, Adha, Ka Dzul, Ka Erna bisa melewati hari ini. Kami sangat lega. Empat hari ke belakang telah terbayar dalam waktu 1 jam bertemu, bertatap muka secara langsung dengan Ibu Rina Amiri di Kedutaan Amerika Serikat.


Ibu Rina Amiri adalah utusan khusus Pemerintah Amerika untuk Afghanistan. Ibu Rina Amiri yang berkecimpung dalam public policy (kebijakan public) dan juga perdamaian dunia. Spirit tersebut-lah yang mengantarkan beliau sampai titik ini. Beliau mengulik Program Pendidikan Kader Ulama Perempuan Masjid Istiqlal. Di sini besar harapan, kader ulama perempun Masjid Istiqlal dapat menjangkau, baik mengetahui bahkan bisa ikut mengintervensi kasus perempuan di Afghanistan pasca Taliban berkuasa. Perempuan di Afghanistan sangat jauh dari pendidikan, mereka dibungkam. Apakah tidak menggerakkan kami, yang mendapat kesempatan mengenyam pendidikan? Apalagi kami mendapat pendidikan yang concern di bidang equality.


Pertemuan hari ini sangat menyenangkan, menginspirasi, dan sejujurnya lebih tertantang (lebih berat dari utusan pertama dari Ibu Manajer untuk kegiatan hari ini). Iya kan teman-teman? Sepertinya teman saya sudah istirahat untuk lebih siap di hari eskok. Mungkin, salah satu hari esoknya adalah harapan yang terucap sebelumnya. Aamiin untuk segala hal baik…


Saya tersadar lagi. Lengkap sudah hari ini. Ada ilmu baru, teman baru, foto baru dan ada bonus cindera mata My Amerika. Syukurlah, pas kami keluar dari gedung kedutaan itu, kami diantar oleh embassy guide dan (akhirnya) difoto oleh beliau. For your information, perihal foto, tidak boleh semau kita lho. Jika menghendaki foto harus diambilkan (dijepret pihak sana) dan hanya diperbolehkan di tempat tertentu. Terimakasih ya, Mas Guide. Sesi pemungkas yang happy ending bukan?


Nantikan tulisan selanjutnya, tentang syarat masuk ke Kedutaan Besar dan juga Kisah Perempuan Thaliban. 


Gaya penyajian tulisan (lagi-lagi) terinspirasi dari Mba April. Terimakasih juga untuk tulisan Mba April .. 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton