Aku Ingin Menceritakan Hartford yang Sedang Memulai Fall-nya

Aku sampai di Hartford, Connecticut masih petang, sekitar pukul 3.30 dini hari pada 4 September 2023. Setelah istirahat karena jetlag dari pesawat, aku perlahan membuka mata. Tampak sinar matahari masuk di jendela rumah yang beralamat 98 Girard Street. “Selamat pagi Amerika.” Aku melihat terangnya langit, sejuk, pohon yang menjulang tinggi, tupai yang naik turun bebas. Serasa surga ini memang benar nyata ya?


Hijrah dari Indonesia, Jakarta, khususnya Ciputat-Tangerang Selatan ke Amerika, Connecticut, khususnya Hartford, aku mengalami perbedaan kondisi yang cukup signifikan. Biasanya pagi-pagi sudah mendengar klakson dan merasakan udara segar yang kabur karena asap knalpot. Berbeda dengan kondisi di sini. Pagi-pagi disambut tupai yang ga tau malu naik turun pohon di belakang rumah 98 Girard. Suara transportasi sayup-sayup terdengar, saat terdengarpun sepertinya supir sedang nginjak pedal gas setelah berhenti di lampu merah. Lampu merah diterapkan sesuai fungsinya, tidak ada yang menyalip ugal-ugalan, atau nge-gas aja saat lampu merah. Memang benar jika Connecticut ini daerah pinggir dan melihat mobilitasnya ramai lancar. Wajar jika tidak ugal-ugalan. Namun, yang aku lihat adalah ketertiban secara general. 


Indonesia menempati ranking 10 terbesar dunia dengan polusi yang tinggi. Saat sampai di Connecticut, aku lupa bagaimana rasa polusi yang disebabkan macetnya Jakarta. Kaya mimpi, aku bisa ke keluar negeri nan jauh. Aku bisa melihat dari apa yang diceritakan secara lisan oleh Prof Musdah saat di kelas PKU. Seperti ini ya, toilet kering, harus di-lap setelah menggunakan fasilitasnya. Satu hal, yaitu dapur. Dapurnya sangat bersih dan ditempel rapi beberapa hal yang harus dipatuhi. Keamanan di dalam dapur itu hal yang penting. Saat masak harus benar-benar dijaga dan tidak ditinggal sembarangan. Misalkan adanya kebakaran dari kompor yang tidak berapi itu, mungkin menyebabkan kita lalai karena tidak ada api yang mbulak-mbulak (kasat mata), oleh sebab itu harus close (dekat) dari dapur. Belum lagi pemadam kebakaran yang siap siaga, panggil 911 akan datang 3 menit kemudian. Pemadam kebakaran disini sangat aktif, berkeliaran di jalanan, dan sigapnya yang sangat luar biasa.


Sefruit Fire Marshall

Asrama 90 Sherman yang aku tempati bersama dengan mahasiwa lain (dari Gana dan Libanon) sempat didatangi oleh Fire Marshall (Pemadam Kebakaran). Pukul 11.30 p.m waktu itu, sirine tanda bahaya dan heat detector kami nyala. Suaranya memekakkan telinga dan sinar dari heat detector sangat terang menyakitkan mata. Sehingga kami bergegas turun sembari menutup telinga dan menutup mata. Alhamdulillah selamat dan tidak jatuh dari tangga. Ya, kami berusaha menutup mata tapi bisakah mengintip agar segera keluar pintu lantai satu.

Kringgg, kringg, kringg (suara alarm tanda bahaya bunyi sekeras-kerasnya)


Panggilan 911 sudah sampai di kantor Fire Marshall. Sirine yang lebih nyaring terdengar, tandanya mobil Fire Marshall tiba. Tiga menit setelah saya menunggu di bawah, empat unit Mobil Fire Marshall dengan tulisan Hartford di body mobil datang beruntun. Akhirnya anggota Fire Marshall turun dari mobil dan bergegas mematikan alarmnya. 


Alarm tanda bahaya di asrama 90 Sherman berbunyi ditengarai heat detector menangkap asap heater shower yang nyala. Setelah dicek oleh petugas, ternyata suhu di dalam kamar mandi terlalu tinggi. Usai pemakaian dan keluar kamar mandi, seorang temanku tidak menutup pintu. Sehingga uap (asap) dari kamar mandi terdeteksi oleh heat detector yang tepat persis di atap depan pintu kamar mandi. 


Pasca kejadian itu, aku mencoba baca artikel. Ternyata peletakan heat detector harus tepat. Jika di kamar mandi akan berpotensi untuk berbunyi, karena di kamar mandi sering menyalakan heater shower. Apalagi waktu dingin seperti ini, pasti air panas harus panas banget biar melawan dinginnya yang juga dingin banget. Tapi ini emang kelalaian manusia (human error), heat detector sudah berjarak di luar kamar mandi, hanya saja setelah keluar kamar mandi tidak menutup pintu. Menguap lah asap!


Apa yang kami takuti ternyata menimpa kami. Sebelumnya, aku dan teman-teman Indo lainnya sudah sering dan merasa was-was saat mobil dengan suara sirine kencang itu berseliweran. Apakah sering terjadi kebakaran? Apakah mereka patroli? Apakah mereka terlalu siap siaga? Andai aku dapat pendidikan seperti itu, akan kupencet sendiri, Pak. Ga perlu repot-repot bawa pasukan sampe empat unit mobil untuk ‘metek sakelar mawon’.


Awesome also panic experience-lah yaa

**

Hari ini Connecticut hujan. Hujan deras, ada petir juga. Summer and Thunderstorm adalah keterangan cuaca yang tertera di layar hp. Aku merasa aneh pas pertama kali hujan. Padahal hari sebelum-sebelumnya cerah, langit biru dan pohonnya hijau dengan daun yang mengkilat karena pantulan sinar matahari. Apa iya? Lantaran aku belum suka hujan jadi aku kaget dan merasa aneh. Tapi aku terus berusaha untuk jadi suka hujan.


Sebelum turun hujan akhir-akhir ini, summer-nya bagus. Aku masih foto di bawah terik matahari. Daun-daunnya masih subur, menguning, serta terang. Tapi besok, besoknya lagi hujan terus. Aku jadi berpikir, aku ini tetap senang. Ternyata senang dan tidak senang bukan karena hujan (objeknya), tapi cara mempersepsikan suatu keadaan sekaligus perasaan. Aku sekarang menilai hujan adalah bagian dari hidupku. Aku (kita) merasakan hangatnya jaket saat dingin dan hujan. Hujan juga menyelimuti semua perjalanan kami, khusus di Ahad ini.


Hari ini tanggal 24 September 2023, sudah resmi musim gugur (fall). Sebelumnya mendapat kabar kabar fall akan mulai tanggal 21 September. Benar juga setelah dirasakan. Pas minggu awal sebelum tanggal 24, ada hujan dengan hawa dingin. Tapi belum resmi musim gugur datang. Jadi saat di luar hujan, di dalam rumah bisa menghangatkan tubuh dengan berselimut atau cukup dengan mengenakan jaket. Sekarang tidak bisa disamakan ges. Meskipun sama konteksnya, yaitu ‘dingin’. Tapi beda jika musim yang sudah berbicara. Kali ini saya sudah memakai jaket, penutup telinga, kaos kaki, long john dan celana training, masih saja adem. Setelah merasakan pengalaman ini, apakah mau stay di Amerika dalam waktu yang lebih lama?


Kesempatan ke LN kali ini, aku sudah siapkan beberapa jaket. Aku membawa dari Indo sebanyak tiga jaket. Aku juga membeli disini satu jaket plus satu lagi dikasih Ka Novi. Aku membawa jaket untuk siap-siap saja jika disini dingin dan belum sempat ke toko baju. Soalnya jaket standar Indo dan LN itu beda. Bentuknya bisa saja sama dan juga tebalnya. Tapi bahan disini sudah disesuaikan dengan keadaan asli (suhu yang ada disini). Makanya standar kehangatan jaket Indo tidak ngaruh dengan dinginnya suhu Hartford, Connecticut ini. 😉


Selamat Fall Semuanya--Dipublikasi hari ke-26 Short Course di Hartford.


Asrama Ka Mela dan Ka Bangun. Ps: mau ke Rosh Hashanah, susah ngunci pintu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton