Sangune Anak Sangking Tiang Sepuh (Bekal Anak Dari Orang Tua)


             “Ayo kita berangkat ke Immersion Reunion”, ajakku digrup whatsapp kelas
             “Iya, ngumpul dirumahku ya”, pinta Ifay

            Kita berangkat bersama menuju tempat acara, kita cuma berempat. Beberapa jam kemudian disusul dengan teman lainnya. Memang tidak lengkap angkatan kita, tapi setidaknya ada, untuk mewakili kelas. Disana kita bercerita, mengulang kisah, dan mengenang dulu (kita) di imersi yang tidak jauh dengan apa yang adek-adek tunjukkan sekarang. Berbahasa inggris di depan audience dengan mental pemberani.

            “Kepada Mr. Ahmad Jazuli kami persilahkan”, ucap master ceremony.
            Saatnya mendengar sambutan dari ketua jurusan kita, Mr. Ahmad Jazuli. Siapa yang tidak mengenal beliau? Seantero imersi dari angkatan pertama, sampai saat ini pasti mengenal lekat. Beliau yang menggiring kita, agar selalau nguri-nguri jurusan yang berbeda dari yang lain, Bahasa sekaligus IPA/IPS. Dan ternyata ada tiga hal yang kudapat, dan hendaknya aku pegang dan kuamalkan.

            “Anak-anakku tercinta”, ungkap pak Jazuli. “Ada pesan untuk anak dari orang tua”, tambah beliau dengan senyum tulus yang beliau tunjukkan.
Yang pertama, Tertib. Menjadi orang harus tahu aturan, batasan. Mau diarahkan, yang pasti di sini adalah ke jalan yang benar. Yang kedua, dengarkanlah ucapan ulama. Kita umat, pasti memiliki panutan, yang di sini adalah ahlussunnah wal jamaah yang kembali atau berdasar kitab kuning. Orang zaman sekarang, seperti yang diungkapkan Bunda Hindun, banyak yang mengaku Islam, berdasarkan dalil yang (masih) mentah. Namun kita punya kitab dan ulama yang menjelaskan lebih rinci apa yang difirmankan Allah, dan disampaikan Rasulullah lewat hadis. Marilah kita dengar dan panut ulama kita, seperti kita di sini dibekali dari guru-guru Aliyah Hasyim Asy’ari Bangsri, semoga nanti bisa meneruskan perjuangan Mbah Amin Sholeh.”

Dari dua hal tersebut, harapan yang diungkapkan Pak Jazuli adalah anak-anak (lulusan) imersi menjadi manusia yang bermafaat. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain. Siapa yang tidak ingin demikian? Sungguh berat tutur beliau, menjadi orang yang bermanfaat, untuk kebaikan umat. Tanggung jawab yang luar biasa. Apa yang kita dapat, bisa disebarkan atau dibagi kepada sesama. Jika tahu demikian, sudah tentu yang dibagi adalah kebaikan.

“Pak Jazuli, terima kasih atas bekal atau pondasi yang engkau bangun di pribadi saya (kami). Melupakanpun tak pantas, terlebih jika meninggalkan tanpa mengamalkan. Na’udzubillah. Luar biasa hal yang saya dapat selama di imersi. Keberanian, bahasa (pasti), dan nilai-niai yang membangun karakter. Seperti apa yang dikatakan bapak, ‘Walaupun bisa dan harus meguasai bahasa, tapi tetap berlandaskan kitab kuning’. Maa syaa Allah”, pekikku dalam batin ketika acara kala itu, sampai saat ini, insyaAllah sampai nanti. Amiin..


[01 Juni 2019]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton