Menyoal Kasus Pemerkosaan (Briptu II dan Bunga)

Sore tadi saya mengikuti kelas. Kelas workshop yang sudah rutin saya ikuti semenjak Februari. Banyak sekali ilmu yang dibagi dan sedikit yang saya pahami. Hehe. That's about Dyslexia. Disleksia; Kesulitan Belajar Khusus.

Saya tidak akan membahas tentang ilmu baru itu. Karena kelas masih berlanjut. Begitu banyak dan padat materi yang diberikan. Jadi selama kelas ada sesekali rasa bosan. Saya berusaha cari penawar. Entah buka sosmed, minum, makan, sesekali, merem. Heuheu.

**

Sore ini, 23 Juni 2021 (Rabu)

Di tengah kejenuhan, saya buka tweet. Menemukan tweet dari toety_ariela . Akun itu menceritakan kasus di salah satu daerah di Ternate. Kasus Briptu II yang memperkosa remaja dengan nama samaran Bunga.

Dokumen dari akun Ka Toety



Banyak sekali dukungan untuk Kak Toety yang sejalan dengan #SahkanRUUPKS. Tidak lain tujuannya adalah biar mengurangi atau doa terdalam yaitu memusnahkan kasus pemerkosaan anak remaja, dan sejenisnya.

Kronologi singkat kasus pemerkosaan yang terjadi pada tanggal 13 Juni 2021 di Sidangoli.

Bunga (korban) datang bersama temannya (Mawar) dari Kabupaten Bacan Halmahera Selatan menaiki Feri Saketa. Sampai di Sidangoli sudah larut sekitar pukul 01.00 WIT. Mereka memutuskan menginap di penginapan Mari Sayang. 

Tiba-tiba di lokasi penginapan korban, didatangi mobil patroli dan kawanan polisi. Tanpa alasan, mereka menyergap, dan membawa Bunga dan Mawar ke Polsek Jailolo Selatan.  Mereka ditempatkan di ruang berbeda untuk dimintai keterangan.

Setelah Mawar selesai dimintai keterangan, dia menyusul Bunga di ruangannya. Namun, tidak disangka ruangan itu dikunci. Setelah terbuka Briptu II keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Bunga dalam keadaan menangis. Bunga angkat bicara, atas perlakuan biadap Briptu II selain dalih meminta keterangan.

**

Kabar itu disorot oleh banyak media dan ramai dibincangkan di twitter lewat akun Ka Toety. Sempat ditanggapi juga oleh akun Komnas Perempuan . Komnas perempuan mengucapkan terimakasih telah membantu upaya mengesahkan RUU PKS sampai legal.

Menanggapi kasus pemerkosaan di atas, saya tentu berpihak pada Bunga. Mengungkapkan kekesalan pada Briptu II yang culas, menghabisi lebih tepatnya menikmati tubuh remaja (Bunga). Setuju pula, jika diusut ke ranah hukum.

Masih banyak diulas nitizen. Kenapa pemerkosa disebut dalam berita dengan jabatan dia. Dan masih disebut oknum. Kenapa tidak disebut 'pelaku' atas tindakan bodohnya. Atau kenapa tidak malu menyebut gelar yang tidak mencerminkan tindak-tanduk yang baik. Lagi, bisa-bisanya dilakukan di polsek. Bagaimana hati nurani POLRI? Sudah mati (?)

Masyarakat twitter, jadi menyimpulkan "sudah bosan hidup di Indonesia". Dengan alasan banyak masalah yang tidak pernah rampung. "Kasusnya polisi, eh dilaporkan ke polisi". Orang Jawa jawab, "pie si? Piee???

**

Saya kembali ke ruang zoom. Sambil makan, dan merasa miris dari apa yang saya simak di twitter tadi. Saya teringat, diskusi LGBT. Walau tidak sama dengan pemerkosaan itu. Saya sekedar ingat saja, kalau ada yang pro LGBT. Karena banyak faktor, terutama faktor sosial. Yang sehingga LGBT juga diperbolehkan. Walaupun lagi, ada yang berbicara dari perspektif Islam itu dilarang. 

Segalanya serba bias. Jangan-jangan ada latar belakang yang tidak kita tahu dari kasus pemerkosaan itu. Nitizen yang pintar masih saja mengulik berita yang tidak jelas itu. 'Ko bisa itu dibawa polisi tiba-tiba. Tanpa alasan, emang ga boleh nginap di penginapan?'

Memang itulah media. Menyajikan kebajikan. Tapi juga ada tidak bijaknya, dari pembaca atau lainnya. Bagaimana penilaian. Balik-balik penilaian subjektif demikian bukan?

Saya setuju untuk mendukung mengesahkan RUU PKS. Karena yang saya tahu tujuannya mulia. Saya belum mengkaji tuntas isi/tujuan RUU tersebut. Tapi saya juga menyadari apalah daya satu suara dari wong cilik. 

**

Saya kembali menyimak peserta zoom yang lebih banyak perempuan. Beliau ada yang sedang menyusui lebih tepatnya disambi menggendong bayinya. Dan saya kebetulan menemukan gambar siklus perempuan. Mengandung, Melahirkan, Membesarkan (anak perempuannya), Meninggal. Selepas itu, anak perempuan itu juga sama siklusnya seperti mendiang ibunya. 

Siklus Perempuan (diambil dari Twitter Ka Toety)



Tanggungjawab seorang perempuan, "pengalaman biologis" mulai haid, hamil, melahirkan, nifas. Kesemua itu menimbulkan rasa sakit juga disebut sebagai keistimewaan yang tidak bisa dirasakan oleh laki-laki. Lalu, kenapa masih disakiti oleh lelaki culas itu? Sedih-nyesek. (Pengalaman biologis dan sosial perempuan bisa juga disimak di; pengalaman-biologis )

Ibu yang mengikuti kelas virtual itu semangat sekali. (Saya membatin saat menyaksikan Ibu menimang-nimang anaknya agar tidur, dan Si Ibu bisa tetap mengikuti kelas dengan nyaman). 

**

Seorang ibu tidak hanya melanjutkan pada keturunan perempuan. Seorang laki-laki juga lahir dari rahim seorang ibu. Seorang laki-laki juga dididik dengan kasih sayang seorang perempuan, ibu mereka. Rasanya tidak mungkin dia tega menyakiti ibu mereka, yang mengandungnya selama 9 bulan. Dan membesarkannya penuh perjuangan.

"Pak Briptu II, apakah saat melihat paras Bunga, tidak ada nuranimu yang melihat sosok ibumu di kedua bola mata Bunga?", pekikku dalam hati. Ah, konyol pertanyaanku ketika dihadapkan teori Pak Sigmund Freud, kalau kebutuhan dasar manusia itu id (nafsu tok). Fiuuuhh:'. Nurani sudah melayang~

**

Perasaan saya mengikuti kelas zoom itu, senang. Imajinasi saya adalah "everything comes from family", semua berangkat dari keluarga. Bagaimana mendidik anak, sangat butuh peran keluarga. Menghargai kekurangan salah satu dari anggota keluarga adalah keluarga itu sendiri. Mencerminkan laku dan sikap anak nanti juga bergantung bagaimana keseharian keluarga tersebut.

Saya juga percaya kalau lingkungan itu bisa merubah karakter anak. Tapi bukan berarti figur keluarga itu hilang dari diri anak itu.

Walaupun hanya belajar topik disleksia di kelas virtual yang saya ikuti. Namun, dari situ saya juga belajar bagaimana anak di masa depan itu bisa dibentuk atau dibangun dari sejak kecil. Semua anak, tidak membedakan jenis kelamin, baik laki-laki atau perempuan.

Baik Bapak Briptu II, ataupun Bunga (dan kawan perempuan lainnya; dalam kasus 'pemerkosaan' digadang sebagai penyebab "pakai baju seksi"). Saya yakin pula, kalian berangkat dari keluarga hebat dan juga penuh kasih sayang. Pun, tidak tahu pasti ditengah-tengah kasih sayang ada ganjalan atau cacat yang menjadikan anak-anak ketika dewasa bisa berlaku keji seperti Briptu II dan kasus lainnya (yang tidak terhingga, hehe).

Dari kejadian di Sidangoli tentu banyak pelajaran yang saya ambil, juga sudut pandang dari khalayak umum yang bermunculan.

Atas kasus tersebut, dari saya; semoga RUU PKS segera disahkan. Karena apa? Karena, Mengapa Tidak? (Heheh). Jika itu kebaikan, kebijakan yang maslahah. Selain sisi hukum, juga dari sisi yang tidak jauh, tidak jauh seperti sisi hukum; hanya orang penduwuran yang memegang kuasa palu keputusan di gedung DPR nanti.

Sisi lain yakni "keluarga". Barangkali oknum atau pelaku pemerkosaan atau kejahatan lainnya juga bisa ditelisik dari latar belakang keluarga. Bisa ko', membangun keluarga dan anggota di dalamnya agar terhindar dari perilaku culas dan tidak patut itu.

Keluarga; jadi  support system dan control system saat kita masih kanak-kanak. Terlebih lagi saat kita dewasa kelak.

**

Kelas hari ini selesai cukup malam. Biasanya Maghrib sudah diakhiri. Untuk malam ini lebih molor lagi. Salat Maghrib sudah dekat waktu Isya'. Menghela nafas. Masalah atau sebut saja kehidupan itu luas banget ya! (Terbesit dalam benak saya).

Ambil saja 'masalah'. Tidak hanya kasus yang muncul di berita tentang pemerkosaan remaja. Eh, Corona juga belum selesai. dr. Purboyo tadi juga mengakhiri sesi dengan doa yang serius (menurut pandangan saya) agar kasus Corona segara menurun. Dengar-dengar, ada kasus lain--mau dikenakan PPN pada sembako. 

Duh biyung, opo ora tambah abot uripe rakyat (cilik) iki??

Usai sudah hari ini. Selamat istirahat Briptu II dan Bunga. Istirahat di ranjang masing-masing tentunya. 


[Ditulis di kamar isoman hari ke-16, PP. Hasyim Asy'ari Bangsri]


Komentar

  1. Terimakasih mbak gadis jawaku.... Selalu mewejangkan kata2 yang menurutku enak disajikan untuk kalangan seperti I "AI".

    BalasHapus
  2. Terimakasih juga mbabu nur(ul) qolbi. Mari yuk, diskusi banyak hal lagi.😉😘

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton