Resensi Film 'Doel'

Sudah lama tidak review film versi Gadis Jawa ya. Menonton film menjadi momen istimewa bagi Gadis Jawa. Tipikal nonton film yang disukai sendiri, belum tentu direkomendasikan orang lain bisa klek. Selain itu kalau nonton ga bisa santai. Nonton ya lempeng, nonton aja, pokus


Kalau boleh tau, film apa yang kalian suka? Saya suka film Si Doel. Film kawakan, dan sudah familiar bukan? Film yang menggunakan latar budaya Betawi masih memiliki penggemar (penonton setia) sampai saat ini. Saya mengenal film kawakan itu sejak di bangku MI. Dulu, masih ada Kong Sabeni, Mas Karyo (Basuki), dan aktor lain (yang tidak saya temui di Akhir Kisah Cinta Si Doel).


Serial Si Doel yang baru-baru ini saya tonton adalah Si Doel 3 dan Akhir Kisah Cinta Si Doel. Efek dari nonton, mata saya sembab. Kedua serial itu, membuat saya simpati pada sosok Si Doel.


Si Doel, yang saya lihat sebagai sosok laki-laki kuat, sabar, tidak pemarah, mengalah, teguh, berani. Tampak kesemuanya itu ketika di akhir cerita. 


Serial ke 3, saya fokus kepada Doel yang sudah membangun rumah tangga bersama Zainab. Kemudian beralih di serial selanjutnya, muncul tokoh perempuan, Sarah. 


Cerita yang menjadi pungkasan film jadoel mempertaruhkan keputusan Doel. Doel harus memilih salah satu. Memilih Sarah atau Zainab.


Setelah lama tidak hadir di kehidupan Doel. Sarah, sadar meninggalkan Doel. Di suatu hari, Doel dipertemukan waktu dengan Sarah. Jelas, sepeninggal Sarah bertahun-tahun. Doel sudah ada kebahagiaan lain, yaitu melaksanakan janji suci dengan Zainab.


Sarah datang untuk meminta maaf, nyata hadir kembali di tengah kebahagiaan Doel dan Zainab. Jujur namun pedih, ketika Zainab tau dan melihat langsung akan hal itu.


Doel dalam satu waktu, rindu dan sangat sayang dengan buah hati ketika bersama Sarah. Anak yang dititipkan Tuhan lewat perkawinan Doel dan Sarah. Lain cerita, Doel juga sedang membina rumah tangga (baru) bersama Zainab.


Doel masih dalam posisi bingung, seolah menjadi salah dalam memutuskan. Jika tidak memutuskan (salah satu) dianggap menyakiti salah satu (padahal dua-duanya tersakiti).


Seperti tidak setuju. Jika mengingat kalau Sarah yang meninggalkan Doel dengan sengaja. Tapi masih Doel yang salah. Jika Zainab mengatakan ikhlas untuk dicerai, namun di lubuk hati terdalam Zainab tetap ingin bahagia bersama Doel (tanpa hadirnya Sarah).


__


Melihat film Doel. Mengambil sisi, kalau perempuan banyak yang diutarakan, banyak keinginan, penuh kerumitan. Pihak laki-laki hanya diam, bingung mau merespon seperti apa.


Saya jika di posisi Doel. Membayangkan kebingungan itu. Serba salah. 


Bagaimanapun, harus ada ending. Ye kan? Tetap ada keputusan. Versi "Akhir Kisah Cinta Si Doel", Doel bahagia bersama Zainab. Meskipun Sarah kembali dengan putranya (Putra Doel juga). Ini yang membuat saya terbius. 


Saya mengira, akan bersama Sarah kembali. Ah, memang tulus itu berlaku. Tulus cintanya Zainab misal. Sarah cukuplah masa lalu Doel. Tetap bisa dibicarakan baik-baik juga ko'. Masa lalu, orang yang pernah ada di kehidupannya (misal kita juga). Tidaklah jadi musuh atau kesedihan saja. Bisa jadi pelengkap, yang tidak musti diutamakan. 


Karena waktu terus bergulir, dan cerita juga pasti berubah-ubah kan? 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton