Bersyukur Bertemu Banyak Orang Indo di Connecticut

Pagi-pagi aku sibuk kemas barang karena hari ini adalah hari dimana aku meninggalkan Hartford. 13 November, kami akan memulai kembali program baru di Virginia-Washington DC. Setelah kami di Hartford-Connecticut mendapat bimbingan tugas akhir, cohort, jalan bersama profesor ke masjid, gereja, dan halal market, juga halal restaurat, any other thing adalah mengenal orang-orang Indonesia yang ada di Connecticut, maka lanjutannya kami akan dapat program baru lagi. Let's wait and see


Di Hartford ada Ka Novi, Pak Saleh, El, Ka Icha, Sena, Ka Nita, Farel, Pak Haris, Ka Hawa, yang kesemua itu adalah orang Indonesia. Salah satu hal yang tidak kusangka adalah pertemuan dengan mereka ini. Orang-orang Indonesia yang sayuk, berorganisasi bareng, dan menjaga satu sama lain. Mereka ini sangat baik. Kami mau kemanapun diantar. Selain itu, kami juga pernah makan di masing-masing rumah mereka. Rasanya kami tidak kesusahan menemukan masakan Indo. 


Perihal makanan ini hal yang utama loh. Banyak saudara atau teman yang bertanya kepadaku, "Gimana makan disana? Bisa adaptasi?". Jawabannya adalah tidak ada culture shock yang signifikan. Lha wong makanan bendinone kuwi masak, otomatis masakan ala 'rumah' mulu. Nah, kalau mau beda rasa makanannya, kami bisa merasakannya saat ikut kegiatan di kampus. Biasanya kami dapat makanan berat ala middle eastern food atau makanan ringan kayak sereal raisin cookies


Bikang Story

Ngomong-ngomong perihal makanan, aku suka bikang. Bikang adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, tepung kanji, tepung beras, pewarna makanan, garam, santan, dan gula. Tapi aku lihat salah satu resep  di You Tube tidak ada gulanya. Jadi ga aneh kalau misal terasa ga manis banget. Justeru ini yang kusuka, manis secukupnya. Menurutku rasa enak dan manis sedikit gurih dari santannya itu sudah pas. 


Terus ada apa dengan bikang? 


Di Connceticut ini, aku ga susah nemu bikang. Ada saudara rantau yang namanya Ka Nita. Ia asli Jawa Timur dan sudah belasan tahun tinggal di Amerika. Selama di Amerika-lah, masakan dan makanan khas Indonesia menjadi salah satu sumber pendapatannya. 

Dokumen pribadi: Aku, Ka Nita, Mba Mela


Banyak jenis makanan seperti rawon, bakso, kering tempe, kentang mustofa, sop daging bisa ia sajikan dengan rasa yang Ueenakk banget. Makanan ringan atau biasa kusebut 'jajan tenongan' juga dibuat olehnya. Klepon, onde-onde, putu ayu, lemper, arem-arem, pastel, dan tentunya bikang yang aku suka juga bisa ditemui di katalog menu jajannya yang terpampang di wa bussiness-nya. 


Beberapa waktu lalu, aku pesen untuk dibawa ke Boston. Per-biji dibandrol harga 2 usd. Untuk harga segitu demi rasa yang otentik, cocok banget sih. Banyak orang yang bilang, terutama dari kami yang Short Course di Hartford sudah merasakan nikmatnya masakan Ka Nita yang 'Indonesia banget'. Jika dibandingkan makanan di sini cenderumg asin dan snack-nya terlalu manis, maka kami punya pilihan masakannya Ka Nita.


Kemarin kami sempat ketemu Ka Nita dan berpamitan. Kalau kata Ka Novi, "Mbak Nita ini penyedia kebutuhan perut kita." Sebagai perantau yang rindu masakan rumah, sudah cukup terbayar dengan masakannya. Satu hal lagi, aku sangat senang dan bangga saat tau ternyata banyak orang Indo khususnya orang Jawa yang banyak stay di negara maju ini. (Bisa baca ini juga)


Ketika ada malam budaya, aku ngerasa lagi di Surabaya yang lagi menghadiri acara Ludruk-Jawa Timur; semua orang ngomong jówó dengan fasih. Sebab berulangkali gabung dengan orang Indonesia, aku jadi tau kalau orang Jawa juga banyak yang berkarir di US selain orang Bugis yang banyak koneksihya di US. Fun fact, orang Sunda banyak pula dan punya komunitas. Pada intinya orang Indonesia banyak yang sudah migrasi ke USA. 


Tapi tau ga? Ternyata populasi orang Indonesia yang di USA secara komulatif terhitung kecil, yaitu kurang dari 1 juta jiwa (Lihat di sini). Angka ini jika dibandingkan orang 'Inderamayu'-red India (Lihat di sini), Indonesia jauh tertinggal. Mudah-mudahan banyak muda-mudi Indonesia yang studi disini ya. Sania mau? Teman-teman mau?


Bacaan referensi: Negara-negara yang memiliki banyak imigran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton