Bau Acem, Tertutupi dengan Kesturi

Saya baru tahap belajar untuk menjadi seorang abdi, di Sunda istilahnya 'ajengan'. Kunci yang harus dimiliki adalah 'Manut' atau Patuh. Tapi saya sendiri, masih mereka-reka arti kata dan bentuk nyata dari kata itu. Kalau saya saat ini, 'melakukan apa yang diperintahkan'. Ada waktu dimana saya juga mengawali. "Apa yang bisa saya bantu", ini termasuk ungkapan manut atau tidak. Saya tidak tahu betul. Pernah sekali ada ungkapan, 'mahasiswa itu lebih inisiatif'. Kembali ke pribadi, bagaimana merespon orang lain, dan memposisikan diri diantara orang lain.


Saya duduk di bangku mobil nomor dua, berdampingan dengan Ning pondok. Namun saya sebut Ibu Nyai, karena beliau yang menyimak ngaji saya, dan yang saya 'eloni' atau 'nderekaken'. Bangku depan, ada Gus dan Ibu Nyai (sepuh). Dalam kesehariannya, saya nderekaken Ibu Nyai (sepuh). Siapapun beliau, saya hanya bisa ikut. Dalam benak, 'tanggung jawab'. Dalam pikir, 'rasa takut mengecewakan'. Sudah, sudah biasa.


Bisa-bisanya saya membersamai beliau dalam satu kendaraan. Saya kira hanya Ibu Nyai (sepuh), ternyata bukan. Kepalang malu dan 'ewuh'. Alasan Ibu Nyai (sepuh), mengajak saya sebagai pendamping, kalau jalan ada yang beliau pegang. Alasan Gus sama Ning, bersama karena beliau berpasangan, dan rutinitas ke kedai yang beliau miliki. Satu jalur, satu perjalanan, satu tujuan.


Saya 'manut', tidak perlu mandi sesuai perintah Ibu Nyai (sepuh). Tidak ada waktu, dan juga tidak mungkin kejadian lagi saya mandi dan tertinggal mobil Ning seperti waktu itu--pertemuan perdana komunitas peduli inklusi. Ibu Nyai (sepuh) mengutus untuk segera bersiap tanpa ganti busana, apalagi mandi, pikir saya. Perjalanan sekitar 45 menit, masih dalam kota. Salawat yang hanya mampu saya rapalkan, dan mencoba menyelami 'barokah' yang Allah titipkan saat ini. Saya masih tidak habis pikir, saya sampai di titik ini. Bertemu beliau-beliau, orang-orang baik, 'alim, menerima saya yang kosong. 


Belajar menjadi manusia, dimanapun saya, disitu pula saya dimanusiakan. Adakah alasan lain, selain memanusiakan manusia lainnya? Maka 'Bau Acem seolah tak nampak, saking kuatnya Kesturi'.

   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton