Kitab Irsyadul 'Ibad: Merawat Anak Yatim (2)

Masih dilanjut pembahasan tentang keistimewaan merawat anak yatim. Dalam artikel klik di sini sebelumnya disebut--orang yang merawat anak yatim layaknya beribadah setiap hari, ketika malam tahajud, ketika siang berpuasa, dan Allah muliakan hamba tersebut di surga kelak (HR. Ibn Majah).


Riwayat Ibn Majah yang lain menyebutkan, bahwa sebaik-baik rumah adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim. Dan harus diketahui pula, seburuk-buruk rumah adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim, namun anak yatim tersebut tidak dirawat dengan baik (benar-benar sayang). Sangat ditekankan, saat seseorang memutuskan merawat anak yatim, harus benar-benar di rawat (dibuat seneng, dicukupkan kebutuhannya). "Jangan coba-coba merawat anak yatim, jika tidak bisa benar-benar dalam merawatnya nanti".


Hamzah bin Yusuf meriwayatkan, kelak nanti di surga ada Istana yang membuat Bahagia (دارالفرح)  . Istana itu hanya diperuntukkan untuk orang yang merawat anak yatim. Lagi-lagi ditambah nikmat bagi mereka, yang merawat anak yatim. "Misalkan kita orang biasa, tidak merawat anak yatim, serta masih bermandikan dosa, jika masuk surga itu keberuntungan, dan semata-mata kasih sayang Allah. Ini nikmat yang sudah luar biasa. Apalagi, orang yang merawat anak yatim, nikmat surga yang berlipat", jelas Baba.


Diriwayatkan oleh Abu Ya'la, "Aku (Nabi) adalah orang yang pertama kali masuk surga kelak. Setelah dibukanya pintu, maka aku yang pertama masuk". Namun, ketika Nabi hendak masuk, ada perempuan yang lari terbirit-birit mendahului Nabi. Nabi terheran, kenapa ada perempuan yang seberani itu. Ternyata si perempuan waktu di dunia telah merawat anak yatim. Maa Syaa Allah.. 'Istimewane ngopeni anak yatim'


Imam Thabrani menceritakan, ketika seseorang merawat anak yatim harus dengan bahasa yang halus, tidak boleh membentak. Dalam kitab Irsyadul Ibad dituliskan, bahwa Nabi bersumpah (و qosam), والذي بعثني بالحق.  Dalam bahasa Jawa, sumpah dibahasakan 'Supoto'. Ini bukti bahwa benar-benar Allah memerintahkan perkara baik--merawat anak yatim, dan jangan sampai dzolim akan perintah ini. Nanti di surga, Allah tidak akan menyiksa orang yang welas/sayang pada anak yatim. Baba dalam mengungkapkan, meyakinkan pada santri "Ketika Nabi mengatakan sesuatu itu pasti benar adanya, terlebih jika dengan penguatan 'sumpah'.


Merawat anak yatim sama halnya, bergantung pada karomah (keramat) anak yatim. Jangan coba-coba, bukan hal remeh. "Anak yatim itu, seringkali 'nyoba' menguji ibunya atau orang yang merawat", kalimat yang diulang-ulang, karena luar biasa tantangan, dalam keterangan dan praktik begitu berat. Berat inilah wujud kemuliaan didapat nantinya, dan pahala yang dijanjikan juga sepadan-besar pula 


Penjelasan berikutnya, dari Imam Ahmad. "Barangsiapa yang mengusap rambut anak yatim, dalam tiap-tiap helainya adalah kebaikan (pahala)." Mengusap rambut ini bermakna kasih sayang, bisa dengan cara memberi uang, diajak bareng, dibelikan jajan, atau apa saja yang membuat anak yatim bahagia. في كل شعرة مرات يده عليهاحسنات


Wallahu a'lam..


Pengajian Banadongan PP. Hasyim Asy'ari Bangsri-Kitab Irsyadul Ibad, bersama Baba (Gus Umam).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton