Kitab Irsyadul 'Ibad: Merawat Anak Yatim (1)

Ketika makan harta anak yatim, baik sedikit (diumpamakan satu biji) atau banyak (apalagi) adalah dosa besar dan merusak. Dalam kitab tertulis  كبار والمهلكة yang berarti besar dan merusak. Sehingga ada perintah, atau anjuran untuk mengurus anak yatim. Sangking luar biasa keutamaannya. Disebutkan juga mengasuh janda (rondo). 


Perumpamaan orang yang mengasuh adalah sesuai dengan ungkapan Nabi, layaknya jari telunjuk dan jari tengah. 


Ada penjelasan yang melebar, ketika ada janda dan memiliki anak, "Jangan dijadikan mengawini janda itu dengan maksud mengurus anak si janda yang berstatus anak yatim", papar Gus Umam dengan tawa canda. Ketika ingin mewujudkan niat baik, mengurus anak yatim (cukup anak janda saja), atau mengurus si janda saja. Jangan dinego-nego, terlebih jelas dalam diri ada niat yang didominasi oleh nafsu. "Memang susah, jika amal itu jauh, murni tanpa nafsu diri", tegas Baba.


Riwayat dari Ibnu Majah menyatakan, "Barangsiapa yang merawat 3 anak yatim, maka orang tersebut diibaratkan di setiap malamnya melakukan salat tahajud, ketika siang selalu berpuasa, dan nanti ketika di surga disebut sebagai 'seduluran' (bersaudara), sekaligus laiknya jihad fii sabilillah."


Hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan 'memakan harta anak yatim'. Dalam konteks, "menyebar zakat". Anak yatim tidak termasuk mustahiq zakat. Karena tidak termasuk dalam 8 golongan, serta adakalanya anak yatim kaya, bukan fakir. Dalam suatu kasus, misalkan yang diberi zakat adalah anak yatim (keadaannya fakir), maka kategorinya adalah fakir, bukan karena dia anak yatim yang berhak menerima zakat. 


Sungguh bukan perkara mudah ketika memutuskan untuk merawat anak yatim. Simak uraian berikut yang dikutip dari kitab Irsyadul Ibad: 

من قبل يتيما من بين مسلمين الى طعامه، وشرابه تدخله الله الجنة

Intinya, seseorang yang merawat anak yatim (mengambil anak yatim) bahasa dalam memaknai kitab kuning gundhul, dicegemek njur diseret. Mereka (anak yatim) diajak untuk makan. Maka nantinya,  orang yang merawat itu menikmati surga Allah.


Merawat anak yatim, memang benar merawat, memenuhi segala kebutuhan. Namun seringkali, merawat anak yatim mendapat cobaan yang berat, tidak jarang ulah anak yatim tersebut yang menguji orang yang merawat. Karena beratnya (itu), keutamaan dan ganjarannya juga sebanding, Allah sangat memuliakan orang-orang yang merawat anak yatim. Dan, jika sekalinya merawat namun membuat sakit hati anak yatim, maka yang menjadi doa anak yatim terhadap orang yang dzolim (merawat), Allah tidak segan membalas dengan balasan yang sesuai pula. 


Notes:

  • Yatim: لااباله  (tidak memiliki ayah)
  • Yatim: secara batasan usia, ketika laki-laki atau perempuan yatim itu belum baligh. 
  • Tentang pembalasan Allah. Ketika seorang muslim masuk surga, itu murni fadhail Allah, jika masuk neraka, maka itu bentuk keadilan Allah.


Sekian,

Pengajian PP. Hasyim Asy'ari Bangsri bersama Gus Umam dengan kitab Irsyadul Ibad.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton