Buya Kami

Tepat, 3.30 A.m alarm saya berbunyi. Saya terbangun, dengan seketika memegang hape, mematikan alarm. Di layar hape, pesan singkat lewat, paling atas Grup Whatsapp Lubuk JA. “Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un”, begitu pesan terakhir yang nampak. Belum sempat saya buka, saya berhenti sejenak, “Buya”, segera saya hempaskan pikiran itu. 

Saya buka kunci layar hape, dan membuka grup Whatsapp itu. Ka Maulani mengirim pesan sekitar 10 menit sebelum alarm saya berbunyi, 3.20 A.m. Astaghfirullah, Alfatihah.. Buya MN. Kamba telah berpulang ke rahmatullah pukul 1.00 A.m dini hari. Gusti, saya hanya menyeka ujung mata. Tak kuasa..

Memori, jalan Buya yang khas ketika ke kampus. Saya melihat dan merekam itu, dengan bawa tablet andalan Buya sepertinya. Tidak bersedia naik kendaraan, hanya kosma yang mengawal Buya di samping—dari permai IV menuju Kampus UIN. 

Gaya Buya yang Khas, foto diambil ketika bedah buku TMA bareng Mbah Tedjo:)


Buya, ada satu tulisan di blog saya ini. Yang dulu saya sempat ijin lewat email. Dan dengan cepat Buya membalas. Dan sekarang, saya menulis nama Buya lagi di blog. Menulis dengan sadar bahwa, sukmamu masih terus membersamai kami. 

Cukup Buya, ingat sekali dengan kata tawally, Allah sudah mengambil alih sepenuhnya atas diri kita. Itu yang saya gendoli. Dan banyak hal, saya tahu dari Buya. Walaupun itu mungkin baru sedikit dari luasnya ilmumu, Buya. Lebih~ Terimakasih atas Cinta yang tanpo wates lan aling-aling.

Selamat jalan Buya, 

“Berserah Total, Tulus, Kesadaran”
Sabtu, 20 Juni 2020 M/28 Syawal 1441 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton