Tentang Tempo Hari

Mas, sesekali inginku bercerita tentangmu. 

Sebelumnya aku mau berbagi cerita, aku kemarin mendapatkan kalimat yang kurang lebih seperti ini,

Yang tidak dapat dipercayai adalah tangisan perempuan dan (sakit) hati laki-laki
Yang tidak dapat didustakan adalah, tangisan laki-laki dan (sakit) hati perempuan

Aku malam itu menangis, Mas. Sudah biasa bukan? Memang itu lumrah, bukan masalah. Lagi-lagi kuucapkan, aku takut. Takut harus bergantung lagi. Aku mengungkapkan sudah move on. Iya, benar. Aku dengan sagala tingkah polahku, mencari pengalihan agar tidak teringat olehmu. Dan jika ditanya move on dengan adanya orang lain, ah dusta!. Tidak segampang itu ferguso. Rasa ini semu, tapi akan hadir ketika dipanggil. Seperti panggilanmu yang kurang lebih dua minggu. Aku suka, Mas. Tapi rasaku dibarengi dengan kesal. Yang jatuhnya menjadi prasangka buruk. Dasar takut yang laknat. Padahal nikmati saja komunikasi. Maafku sudah tidak berlaku, expired, ya Mas?

Eh. Aku tersadar, Mas, sepertinya aku sudah pas melakukan ini. Sikapku yang sebenarnya tidak nyaman (menurutku), tapi aku mencoba memperbaiki apa yang aku lalui Mas. Aku merasa sikapku ketus pada malam itu. 

Aku juga teringat dengan kata temanku, kalau memang jodoh pasti ada jalannya. Aku sekarang banyak kesibukan Mas, seperti saat ini menuliskan kata demi kata. Yang membuatku bisa menyampaikan. Sesuai tipikalku. Aku lebih takut lagi mengungkapkan (lisan), karena aku berulang kali mengungkapkan, dan membuat kamu merasa harus bertanggung jawab, untuk terpaksa atau berusaha menyayangiku. Bucin juga hahah, dan aku selalu salah ucap seperti malam tempo hari. Yang dengan kalimatmu yang panjang, membuatku salah jawab, salah ucap, dan seperti ‘Oh Ya Sudahla’. Terjadi lagi. 

Eh Mas, jadi dengan dia? Semoga yang terbaik yaa. Apakah sebentar lagi kamu berkunjung ke rumahnya?

Lamat-lamat aku ingat, kamu mau mengucapkan sesuatu. Dan aku tidak menyambut. Tidak mengepoin. Masih sudikah kamu mengulangi? Lantas kucoba mendengar terlebih dahulu, dan bisa ambil jalan tengah..

Aku merasa diistimewakan, ah dasar rasaku saja. Tapi Mas, kamu percaya kalau kita saling suka? Aku percaya, hahahha. Tapi Mas, berjuang itu tidak sekedar pengorbanan. Tapi keberanian. Apa mungkin hanya masalah waktu saja, jika memunculkan berani untuk mengungkapkan kepadaku. Lord , PD sekali. 🤣

Aku hendak mengaji dulu Mas, nanti aku minta jemput kamu, ya!

Kenapa aku tidak sakit hati ya? Terlalu percaya kah? Ah, Tidak Tahu.
Atau jangan-jangan kamu pernah menangis? (teringat, ‘sering terlintasnya kamu mbak’, katamu)

Mas, kalau kesal, boleh dibagi?

Terkadang aku jengkel, Mas. Ketika kamu mengkambing hitamkan rasa sayangku. Seolah-olah cuma aku yang sayang, lalu kamu bisa menjadikan sayangku sebagai alasan kamu sayang? Sayang dengan sendirinya tidak bisa ya Mas? Atau bukan tipe kamu seperti itu. Ah susah, ketika rasa mencoba untuk dibaca. 

Hahaha terlalu jauh ya, Mas. Pasti kamu berad membaca keras kepalaku ini. Aku tetap ngugemi kata Ibu, laku-laki itu besar tanggung jawabnya, takut diburu-buru. Mungkin iya, ya Mas? Berad jadi laki-laki? Ah tidak, kurang berani saja!. Semoga lancar segala urusanmu, dan hashil maqsud.

Terimakasih Penuh kuucapkan padamu. Nanti naik damri, maukah? Ketika bertatap muka, adalah upah kekesalan, cukup doakan, demikian kepercayaan..

Dengar-dengar, ada seseorang yang mengungkapkan rasa padamu ya, Mas? Semoga tidak kaget Mas, sudah kaget pas awal denganku, ungkapmu kala itu.  Mungkin banyaknya orang yang demikian adalah wajar, anggap saja penggemarmu. Atau mungkin dengan banyaknya itu, mengajarimu bagaimana dan telah waktunya untuk memilih. 

Candamu memang Candu

Kalau ada kesempatan berbicara, mungkin aku akan. Tapi jujur, ketika sudah terlanjur, adalah tidak ada yang lebih baik selain diam. Saling mendoakan bukan?

Buku mojok itulo, Perihal Cinta, Aku sangat Pemula, Mungkin Kita Semua, karena isinya Menerka-nerka.. Semoga Allah mendengar sekaligus melihat (pasti), lalu terpingkal-pingkal akan tingkahku:v

Sepuro ingkang katah, dengan niat baikmu dan balasan prasangka buruk dariku🙏

Mungkin ini yang dikata teman, surat-suratan😁

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton