Birokrasi Tanpa Gelombang

-Sangking ruwetnya, dan bergelombangnya, sampai akhirnya tidak merasa, dan menganggap biasa-

Memang rumit, apa itu birokrasi. Jadi, cukup menyadari, dan bisa untuk dimaklumi...

Kaka : “Mas, ini sudah lengkap persyaratan, mau minta formulir.” 
Petugas         : “Iya, silahkan”

Kantor yang dikunjungi kaka adik ketika pagi, di waktu siangnya sudah tidak tampak pemandangan yang sama. Saat pagi berjubel motor di parkiran, banyak orang mengambil nomor antri yang berular-ular, satpam stand by, seluruh petugas rapi (dilihat mimik mukanya, ketika lega atau sedang capek). 

Di waktu siang..

Apa iya uang kompensasi ketika pagi dan siang berbeda? Atau benar kata banyak orang, sudah siang semakin menurun semangatnya, sudah letih? Salah satu pemandangan, Staff TU (bagian data), merangkap sebagai satpam.

“Pak saya bantu”, tangan kiri Staff TU menempel di keyboard, tangan kanannya mencet tombol mesin pencetak nomor antri, mengambilkan nomor antri masyarakat yang tidak bisa mengoperasikan mesin canggih itu. Sekalipun hanya terlihat mencet satu tombol saja, yang ukurannya paling besar, berwarna merah.

Sepertinya tidak pantas, dan tidak semestinya. Suasananya terasa berbeda, duduk yang tidak sesuai prosedur, seharusnya tidak boleh berdampingan (jarak satu kursi), namun terlihat sembarangan. Petugas yang melayani hanya beberapa, terlihat tiga orang yang di loket pelayanan. Nampak petugas wanita yang awalnya menunggu loket luar, beralih posisi di dalam. Lalu, petugas yang di dalam kemana? Sedangkan yang di luar tanpa penjagaan (shift).

Apakah seharusnya setelah dhuhur tidak beroperasi?

Birokrasi; lebih banyak orang yang diatur dengan orang yang mengatur (memiliki kebijakan dan kewenangan). Mengatur banyak orang, dengan alih menyejahterakan kehidupan-lebih layak. Namun orang-orang yang berpakaian rapi, seyogyanya sesuai SOP tapi malah sebaliknya. Dan masyarakat terus berdatangan, tidak peduli siang. Mungkin, urusan seperti adik dan kaka dilaluinya terlebih dahulu, ke bank, fotokopi, dan mencari-cari masjid yang menyediakan mukena di saat pandemi (terdapat edaran, tidak memafasilitasi alat solat, turut serta dalam uapaya penekanan penyebaran virus Covid-19), atau urusan lain, tidak tahu.

Standing aplaus, buat petugas yang masih stay, dan masyarakat yang tetap taat aturan. Sadar dengan posisinya, dan mungkin setiap orang memiliki hambatan masing-masing. Satpam, petugas memiliki tuntutan yang berad, begitupun masyarakat—kewajiban yang harus ditunaikan.

Segera berlalu, menerima, melaksanakan. 

Sumber: cz.pinterest.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton