Diam

Pernah ga sih? Merasa dalam posisi dilema, banyak yang dipikirkan dan disitu harus memutuskan. Benar demikian? (Gadis sedang bertanya di ruang sosial dalam dirinya, yang tak tau mana benar dan salah)

Apakah ini yang dibilang kebanyakan orang, ruwet-rudet setelah menyelesaikan studinya (S1)?

Ketika harus memutuskan untuk mondok-mengabdi lebih awal, tapi disitu ada tawaran pekerjaan, Ya Rabb...

Keinginan untuk menghafal Qur’an sudah bulat, dan bukan sepadan jika dibandingkan dengan pekerjaan yang ditawarkan ini. Mungkin...

Menghafal Qur’an perlu dan harus mengkhususkan niat, waktu, hajat, dan usaha dhohir wa bathin. Sekarang dalam posisi dan rasa yang “diumpamakan” Diam. Masih ragu dalam memutuskan, dan sedang mengotak-atik pikiran sendiri. Disergap dengan banyak pertanyaan dan bayang-bayang. Diri ini berdialog dengan sukmanya. “Tidak inginku mengabari banyak orang, tidak ingin membagi rasanya. Walaupun disela-sela rasa ini, salah satunya adalah rasa rindu yang amat sangat. Tapi pikirku tidak ingin mengatakannya dan menyampaikannya, aku ingin diam, dan mendapat jawaban itu oleh diriku sendiri”, sambat Gadis neng njero atine.

Aku hendak ke pondok, dan masih saja di ributkan dengan masalah seperti ini, jelas godaan! -Gadis-

"Ketika ada tawaran kerja, apakah ini kesempatan dan jawaban dari Allah? Yang pernah terucap dari lisanku, sebuah keinginan. Setidaknya pingin merasakan apa itu kerja dan mendapat gaji. Ya Allah, tidak sanggup jika aku harus memperjuangkan keduanya. Jika memilih bekerja, apakah aku ini pecundang yang selalu ada pemakluman ketika ingin melanjutkan hafalan Qur’an yang sudah dimulai dengan niat penuh, kala itu. Dan keinginan yang beralih dengan dalih, membahagiakan orang tua. Bukankah lebih lebih, menghafal Qur’an membahagiakan di dunia dan akhirat? (Tidak ada yang tau, bahkan menjamin)", masih terus dengan pikiran Gadis yang nyerocos, hati yang sedang gelimpungan.

Ya Allah ini bukan padanan (Kerja-Hafalan), tapi ini sebuah ketidak berdayaan dalam menghadapi keadaan yang benar adanya. Serba mungkin, apapun itu mengandung baik-dan buruk, tidak perlu adanya klasifikasi atau mana yang lebih unggul. Entah!

Gadis sedang dalam fasenya, kecamuk pikir, rindu tak terbayar, untung masih punya Tuhan Allah (satu-satunya sandaran), njuk ngglosor ra duwe daya, kadang menulis ketika baru sadar Rahmah Allah tak pernah lengah. Alhamdulillah, masih berkomunikasi dengan siapa yang dirasa nyaman, sedang ciut dalam bersosial. Tak apa!

Rumah-Kamar, 4 Juni 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton