Hari Asyuro'

 

"Kalian kalau tidak di rumah, berarti dimanapun kalian menetap disitu kamu ikut aturan di dalamnya. Termasuk di sini, di pesantren. Kalian bersedia dipimpin oleh pengasuh pesantren. Salah satunya, arahan/perintah untuk puasa Asyuro'", tutur Umik.


Semua terdiam mendengar pitutur Umik. Sekilas tentang puasa Asyuro'. Dahulu pada masa Nabi. Nabi Muhammad sedang mengunjungi kota Madinah. Kota yang biasanya ramai, namun pada saat itu (tepat di 10 Muharram/Suro) sangat sepi. Seorang sahabat menceritakan kepada Nabi. "Wahai Nabi, hari ini 10 Muharram semua penduduk sedang puasa", ucap sahabat. Sedangkan pada saat itu, penduduk yang sedang mukim adalah Yahudi. Para Yahudi sedang berpuasa. Maka Nabi mengatakan: "Terlebih jika umat Islam. Lebih utama untuk berpuasa." Akan tetapi, Nabi Muhammad memberikan sebuah perintah; untuk membedakan Muslim dan Yahudi, muslim berpuasa di tanggal 9 dan 10 Muharram (Tasua dan Asyuro'). Selain penjelasan Umik tentang ketentuan tanggal puasa. Adapun puasa Asyuro', adalah hari istimewa. Disebutkan sebagai hari keselamatan. Salah satu kisahnya, adalah ketika umat muslim terancam di kapal Nabi Nuh yang sedang dimakan ombak pasang, namun masuk ke dalam mulut paus, dan dengan izin Allah, umat muslim selamat dari badai/ombak. 


Sungguh mulia hari Tasyua dan Asyuro'. Ketika sudah tertinggal di hari Tasyua, maka jangan sampai terlewat di hari Asyuro'. Pesan yang tidak cukup dipegang atau diyakini, namun juga diamalkan.


Teguran di malam hari pada santri-santri yang tidak puasa oleh Umik Zah langsung, membuat diri semakin hati-hati. Hati-hati dalam bertindak atau melakukan segala arahan 'alim ulama. Bismillah, masih terus ngaji dan ngabdi.


"Sinau, deres", pesan Umik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton