Ibu Nyai Be Like!

Hari ini merasakan betapa sakitnya punggung saya. Rasa ini bukan kali pertama, karena kalau saya capek dan sakit, yang paling merasakan derita adalah punggung. Saya tahu dan sadar hal ini sejak Aliyah, dan waktu itu di pondok. Sebenarnya bisa saja sebelumnya, tapi kebetulan yang saya ingat adalah ketika mengungkapkan ke Umay, di malam hari sebelum tidur. Dari saat itu dia sering meledek saya, "Orang tua, mau merebahkan punggungnya. Ngeluruske geger", candanya.


Rasa sakit itu sampai sekarang masih dirasa. Setiap kali banyak aktivitas, dan lelah, siap siap merasakan tebal, panas, sakit di punggung. Tau kah kalian, apa penawarnya? Saya hanya ingin berbagi. Resep manjurnya adalah tidur, keluar rumah (ruangan), bertemu orang baru, minum air putih, kurang lebih itu obat yang siap sedia. Jika langkah-langkah nyata di atas berhasil, salah satu indikatornya adalah bahagia, dan saya bisa mengisahkan ulang dalam tulisan.. hihi. Dan memang tidak selalu demikian, tidur lalu bangun dengan tersenyum itu sudah paripurna. Mau nulis itu bonus lah..


Selaiknya hari ini. Saya menjalani hari di pondok seperti hari biasanya. Masih terus dengan 'effort'. Ada hal berbeda, beberapa hari saya menemani cucu Ibu Nyai sedang menjalani ospek, Alhamdulillah ada yang bisa saya bantu (lakukan), walau tidak seberapa. Waktu bersama cucu Ibu Nyai cukup membuat saya letih, dan punggung sayalah yang mengekspresikan rasa itu. Saya coba telusuri, kira-kira apa yang kurang seimbang di waktu itu. Satu hal yang utama, tidak tidur dan ditambah tugas (tanggung jawab) untuk setor yang harus saya persiapkan. Lumayan ketika tidak tidur, tapi bukan untuk nderes, namun mengerjakan artikel yang sama sekali belum pernah saya tau topik tersebut. Dengan pernak-pernik drama selama kurang lebih 4 hari, walhasil memiliki mimpi untuk tidur, dan semoga bisalah untuk keluar cuci mata, biar tidak sensara banget punggung saya. Kwkw


Allah tidak tidur, Allah mengabulkan langsung

Pagi, setelah saya sarapan lanjut salat dhuha, kantuk sudah tak bisa dibendung. Saya tidak nderes, melainkan tidur di atas sajadah dan masih lengkap dengan mukena. Nikmat! Tidur dari jam setengah 10 sampai jam setengah 11. Fresh! Saya lanjut wudhu dan melakukan aktivitas rutin plus fardhu 'nderes, idep-idep nambah'.


Berlanjut di sore hari. Saya dipanggil Ibu Nyai, ternyata saya di-utus untuk menemani cucu yang kemarin ospek. Tidak disangka, ternyata saya diutus menemani cucu Umik untuk menjemput Ibu Nyai Kudus. Lagi dan lagi Alhamdulillah


"Mbak Asa di depan aja", pinta Ka Oya (cucu Umik)

Sore itu, Ka Oya mengendarai mobil untuk menjemput Ibu Nyai-nya. Saya baru tahu beberapa hari sebelumnya kalau Ka Oya sudah jago mengendarai mobil. Jepara-Surabaya, beliau oke-oke saja. Dan kemarin saya merasakan bagaimana beliau mengendarai mobil. Barakallah, bisa ziarah ke Makam Mbah Arif Banjaran. Saya belum pernah sebelumnya. Saya sebatas tahu dari jalan utama Pati-Jepara (Dalan Anyar). Allah selalu mengabulkan dan selalu lebih. Allahu Akbar, laa haula walaa quwwata illaa billaah...


Pengalaman bisa nderekaken Ibu Nyai, saya juga melihat hal yang berbeda dan saya suka. Melihat pemandangan, bahwa Ibu Nyai Kudus berkeliling ziarah bersama santrinya dan mengendarai motor. Maa syaa Allah, ramah (merakyat), sae sanget lan kulo remen. 


Nderekaken Ning, Bonusipun Nderekaken Ibu Nyai. Nyuwun pangestu Ya Allah, olehipun kulo ngaos irus ngabdi.


Pada hari itu, saya lelah saya bisa tidur, saya penat saya diajak keluar dan bertemu orang baru, lagi malamnya, perut saya sebah, saya diberi sayur. Ya Allah mboten nenggo, langsung njenengan paring nikmat. Alhamdulillah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton