Pengabdian Gokil

Hari Pengantin

10 September, saya menjalani hari-hari di pondok. Mengisi hari dengan apa yang bisa dilakukan, atau hal yang diperintahkan. Termasuk menjadi model untuk di rias Ning pondok. Saya hanya punya pilihan menyetujui.


Ning pondok saya sedang mengikuti kursus atau kelas make-up. Sehingga terjadilah hari, dimana saya laiknya pengantin.


Mulai dari jam 1 siang sampai jam 4 sore, prosesi make-up itu baru beres. Selama make-up saya hanya diam, tertawa di dalam hati, dan campur aduk dalam pikir. "Gokil juga hari-hari saya, random, dan ada saja hal baru." Cukup dinikmati, sesekali teringat teman yang juga mengabdi. "Seperti ini juga kah?", tanya pada diri sendiri. Pasti berbeda jawaban. Sehingga semakin, "Oh ya sudah, dijalanin saja", akhir dari percakapan diri. 


Bersama Ning dan putrinya. Saya di foto sekaligus video. "Jangan ada apa-apa. Saya tidak lebih dari budak", saya mengulang-ngulang kalimat itu. Kadang sesekali rungsing dengan sendirinya. Yang tepat adalah, "Dinikmati saja, ketika melakukan sesuai pun tidak. Biasa saja dengan tepuk tangan, ataupun kritikan. Hindari kagetan!", untuk diri saya.


Puncak Perjuangan adalah Pengabdian, ada kutipan dari Si Mas.


Shoot from Canon

 

*Jadi pengantin Sunda, beuh, sempet prank teman. Tanggapan teman mengarah pada nikah-khitbah. Ya di Aamiin kan saja. Kata Ning-nya, sebentar lagi saya menikah. Selepas tanya berapa umur saya, kalimat demikian yang terucap. Saya hanya senyum saja:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton