Pengabdian #Day 20

25 Juli 2020

Pagi, disambut dengan semangat diri untuk setor dan siap malu. Iya benar! Deresan tiga kebet, dituntun di awal ayat terus. Subhanallah, Innalilahi... Saya kudu tatag. Mama dan Baba tetap menerima saya, walaupun di akhir tidak tertinggal kalau hapalan saya dikembalikan, tidak diterima. Saya mengiyakan, dan senang. Ketika melihat Baba-Mama baiknya luar biasa. Dan masih dengan pituturnya,

"Baca, Sa. Dimantapkan, diangen-angen. Alon-alon, mad, ghunnah, tajwidnya. Kalau hapalan begitu, disuruh balik". 

Baba, ya Allah, saya hanya berdoa yang terbaik buat Baba dan keluarga. Semoga selalu sehat, dan karunia Allah selalu tercurahkan. Karena sabarnya, dan menerima, membimbing yang luar biasa. Tidak bisa terwakilkan dengan kalimat.

Ketika akhir ngaji, diingatkan Mama dengan bacaan Qur'an yang tempo hari diminta oleh Mama, saya sebagai badal karena beliau sedang hadas. Saya lapor, kalau hari ini juz 2. Sebelum saya pamit, "Silahkan bantu-bantu, Sa. Kalau ada waktu luang. Tidak usah dipanggil", ucap Baba-Mama. Saya Alhamdulillah luar biasa. Ketika ada obrolan itu yang melegakan. Bukan perihal passion, atau apa. Namun ada penyampaian, ijin, sehingga tidak utak-utuk, kagok, atau sok tahu. 

Bismillah, belajar tanpa ada titik.

Saya mendapat ilmu baru. Cookies. Saya beralih dari kupas kulit kacang, ke olesan kue kacang. Disitulah keramaian saya dapat. Awalnya diam-diam. Tapi tidak bertahan lama. Nyerocos tanpa henti dengan Via, Alfi, dan Rafi (si utuk-utuk uwu). Bercerita masa Aliyah. Rasanya greng bangettt.

"Sebenarnya saya pingin kuliah, kesana-sana. Tapi malah ga bisa keluar pondok. Lama-lama strees", guyon Rafi si rajin merawat bunga Umik dan penghafal Qur'an.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton