Dijunjung Saat Lemah

Judul yang menggambarkan situasi saya kala itu. Saya pernah dalam posisi, yang pada umumnya adalah panutan. Akan tetapi, khusus pribadi dalam diri, sungguh berkecamuk ketika harus bertindak dan membawa nama orang banyak. Bisa saya menyebut, 'pemimpin'.

Sepertinya, pemimpin memang harus menjadi kuat. Bukan orang kuat. Lemah, karena ketika menjadi pemimpin penyerahan total kepada Allah lebih-lebih terasa, dan sepenuhnya. Ada saja rasa khawatir, ketika salah ucap, tindak-tanduk. Namun ketika ini berlebihan, justeru menjadi boomerang. Yang lebih dari khawatir adalah keberanian, demikianlah seorang pemimpin. 

Dan saya mengakui, orang-orang atau sosok yang menjadikan saya kuat. Orang-orang yang siap menjadi garda terdepan sampai belakang, membantu saya. Mulai dari teman, yang luar biasa, "kesayangan" salah satu bagian di dalamnya. Kelompok yang tidak sengaja tapi langgeng sampai saat ini. Permasing-masingnya, luar biasa, memiliki porsi tersendiri, tempat di hati.

Satu lagi, Buya Muhammad Nursamad Kamba. Beliau Bapak juga panutan anak CSSMoRA. Terutama saya dalam posisi, 'pemimpin' itu. Ketika menyelenggarakan puncak harlah CSSMoRA ke-5, Alhamdulillah masih dengan bimbingan Buya secara langsung. Dengan wejangan, dan guyon yang berkualitas, menjadikan pribadi saya kuat. 

Banyak sekali, jika mengisahkan tentang beliau. Di malam puncak itu, saya merasa tidak pantas bisa bersanding dengan beliau, dan di situ ada Mbah Nun, dan beberapa dosen, dan rekan yang berjasa dalam acara tersebut (umumnya dalam membangun atau mengurus CSSMoRA). Tangis haru tak dapat saya bendung. Dan enteng tangan Buya menghampiri saya. "Selamat ya Sania", setelah potong tumpeng, dan saya kacau tidak terbesit untuk mengulurkan tangan terlebih dahulu. Melainkan Buya. Maa syaa Allah, Astaghfirullah.. Saya bergegas menyambut tangan beliau, "Terimakasih Buya." Dengan perasaan yang dalam, saya mengecup punggung tangan beliau, begitu lembut, dan sedikit berbeda warna. (Kata pak Farid, 'Buya; beliau memang wali'. Allahu Yarham)

Dan ada satu lagi ucapan. Mohon maaf, jika secara dhohir itu berisikan pujian. Namun, murni beliau memang bukan laiknya orang-orang 'penduwuran' seperti yang lain. Dan saya tak pantas mendapat ucapan pujian itu, tapi semua anggota/pengurus CSSMoRA sepertinya layak 'mendapat' lantas bersyukur. "Luar biasa Sania, sambutannya".

Semua bagian dari CSSMoRA bersyukur, berharga bisa bertemu dengan Buya. Terimakasih Buya, semoga Buya selalu membersamai kami dari sana. 

Tangan Buya: mbrebes mili


Kesayangan: Yaya, Fikri, Rohim, Sania, Hanna, Okta, Lulu. Kalian, kenapa ya sungguh berat untuk menyombongkan kalian, kalau aku mempunyai kalian? Saya ga berpikir jauh, atau pisah. Karena dalam diri, cuma satu 'Kalian selalu ada'.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton