Pengabdian #Day 18


23 Juli 2020

Hanya ingin terburu-buru, menulis kisah lebih awal, padahal tidak tahu yang terjadi di jam, menit, detik berikutnya. Laa haula walaa quwwata illaa billaah...

Saya diajak simaan, tapi sesampainya disana acara belum dimulai. Saya hanya menunggu, sesuai dengan perintah Umik. Karena beliau yang mengajak saya. Acara masih belum dipersiapkan. Sehingga menunggu lumayan lama. Umik lama-lama meminta pulang dahulu. Saya disuruh tinggal saja. Selepas itu, saya yang menunggu sendirian, diminta Ayah kembali ke pondok. 

Ya Allah, rasa yang goyah. Pagi itu, tidak ada sebuah persetujuan antara Ayah dan Umik. Miss komunikasi. Sebuah hal wajar, tapi hati yang merasakan ini, tidak enak, merasa bersalah. Tapi tidak tahu bagian mana salahnya dan harus nurut ke siapa. 

Mematuhi siapa (seseorang), ternyata juga menjadi kebingungan. Jangan kira, manut itu enak, atau tinggal ikut. Tapi ketika banyak kepala yang memimpin, tidak bisa terelakkan. Hanya minta penguatan-Mu Gusti. 

Tidak ada niat mengecewakan, jangan suudzon sekalipun dalam hati. Misalkan semua keburukan datang dalam diri. Nyuwun Gusti, paring eling langsung istighfar. "Penghafal Qur'an yang sudah diutus Penduwuran ngaos, tapi ada Penduwuran yang lain tidak menghendaki. Sehingga penghafal Qur'an memulangkan diri . Apalagi hanya penyimak." 

Bertahan Dulu, 
Parah, pingin nangis, ga ada air mata yang keluar

Fase

Minggu pertama, risau dengan diri "Bisa berbuat apa, merubah apa"
Minggu kedua, bodo amat tidak kuat dengan rasukan pikiran diri
Minggu ketiga, tatag untuk menerima & menyadari
Selanjutnya ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton