Pengabdian #Day 12

16 Juli 2020, saya disambang Bapak, Adik, dan Mbak. Mereka awalnya tidak memiliki rencana menyambangi saya. Tapi di hari sebelumnya, ibu ada di dekat pondok. Ibu menghubungi saya, sayangnya saya matikan data. Tidak tahu kalau ada telpon dari Ibu. 

Saya iseng, tanya Ibu, barangkali ingin ke pondok. Isengnya saya, punya makna. Saya kebetulan puasa, Sunnah Kamis. Siapa tahu, ibu datang dan bawa jajan. Dasar Saia. "Mungkin kapan-kapan ya Mbak, soalnya baru kemarin banget dari Bangsri", ucap Ibu di pesan WA. 

Ya udah, saya tenang-tenang saja. Tidak masalah tidak kesini. Sekitar pukul 8.15 p.m , banyak panggilang masuk, dan tidak terjawab oleh saya. Karena, tepat di waktu setoran. Panggilan yang masuk diantaranya ada dari Mba Ipa dan Ibu. Ternyata, ada pesan juga kalau Mba Ipa sudah di Bangsri. Uwu, seperti kado. Surprise. Alhamdulillah semua sehat 

Saya lebih mantap, di malam itu saya meyakinkan keluarga bahwa saya nyaman di pondok. Terkait pengabdian di lembaga sosial, mungkin dimulai bulan depan (penuturan Mama setelah saya setor di malam itu). Saya harus terus tersadar, saya baru 12 hari di pondok, udah neko-neko. Sedangkan ada contoh, Mba Baiti setelah 4 tahun (di luar ndalem), baru diijinkan masuk dapur Mama (red-diberi tanggung jawab). 

"Pastikan semangat datang, bersumber dari diri sendiri"
"Hanya satu titik kesenangan, (luas) di luar titik adalah perjuangan"
"Siap menjadi bukan siapa-siapa, untuk ngaos"
"Salawat jangan putus, tidak akan batal karena riya'"

Saya menemui seorang santri, hafalan (kurang tau berapa juz), sekali duduk disimak Umik. Maa syaa Allah. Apa saya tidak malu, grotal-gratul?. "Suwe, ora nambah, cepet. Dibolan-baleni sampe kesel. Ya Allah, ampun jengkel dalam ngaos kulo."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton