Pengabdian #Day 9



13 Juli 2020

Setoran setelah subuh. Selepas itu, nulis di Buku Mas Putut, dapat satu sub uwu. Sekitar pukul 8.00 a.m sampai 9.30 a.m waktu untuk menulis satu sub itu, ingat kata Mas Putut "Menulis cuma butuh diam, dan duduk lalu menulis."

**

"Mbak Asa, ayo cocok tanam. Biar bisa", ajak Umik

Sekitar pukul 4.00 p.m, Umik mengajak sekaligus disitu mengajari saya menanam. Dan saya kepalang malu, ketika diminta tolong ambil berambut, dan yang saya ambil adalah tanah. Astaghfirullah, banyak sekali hal-hal kecil yang membuat saya tahu, tapi harus dengan malu terlebih dahulu. 

Bersama, Kang Aris, Kang Jatmo, Kang Soneb, dan Ka Oya, asik-asik, bertanam itu terlalui. Hal biasa, tapi ada pelajaran yang didapat. Something bukan? Hehe

Hendak Maghrib, sudah selesai pekerjaan atau bercocok tanam tadi. Saya berniat meminta ijin keluar, untuk membeli buka (ta'jil). Saya ijin, auto dilarang Umik. (Dong dong, kalau ijin pasti tidak boleh. Polosnya saya. Ya, sapa tau kan?)

**

Malam itu, ada istighosah (berdoa, membaca Al-fatihah 100 x) bersama anak ndalem atas utusan Umik, untuk keselamatan dan dijauhkan dari Covid. Umik menuturkan sangat khawatir, di hari itu beliau bertubi-tubi mendapat kabar kematian, akibat Covid. Salah beberapa, adalah keluarga beliau. Sampai beliau menghendaki anak yang yang sudah di pondok (bertujuh) untuk tetap tinggal, tidak usah pulang. Kalaupun pulang, lebih baik tidak usah kembali dulu. -Sebagai Usaha Lahir- Wallahu a'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Kesetaraan Dari Abi Quraish Untuk Pasangan Suami Istri

Pengalaman Saya Menjadi Perempuan

Profesor Grafton